Peternak Lombok Keluhkan Harga Ayam Turun, Pakan Terus Naik

oleh -16 views
Ayam
Foto : Pixabay

Panennews.com – Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyar Indonesia (Pinsar) NTB Faturahman, mengaku peternak ayam rakyat tengah menghadapi situasi sulit.

Mereka mengeluhkan banyaknya integrator atau perusahaan raksasa di bidang peternakan yang masuk ke pasar tradisional, sehingga berdampak pada harga jual ayam yang anjlok dan tidak sebanding dengan modal produksi dikeluarkan peternak.

“Kondisi peternak ayam di NTB sudah semakin memprihatinkan. Sebagai informasi harga ayam hidup hari ini, di Lombok sekitar Rp16 ribu per kg dan Bima Rp11,500 per kilogram, sementara BEP peternak sudah di atas Rp 20 ribu harga hari ini,” ujar Fathurrahman vSenin (27/2).

Dikatakan, keberadaan perusahaan integrator menjadi pemicu munculnya masalah di sektor peternakan. Pasalnya, selain berperan sebagai produsen bibit dan pakan ayam, dua perusahaan raksasa juga ikut beternak. Alhasil peternak ayam skala kecil bisa dipastikan kalah bersaing dengan para korporat multi nasional yang bermodal besar.

Baca Juga :   Perkutut Jawa, Sang Pembawa 'Keberuntungan'

“Sebenarnya banyak masalah yang dihadapi peternak tapi masih bisa kami atasi. Yang tidak bisa kami atasi yakni keikutsertaan integrator beternak dan lemahnya kontrol untuk distribusi produk ayam dari luar daerah yang masuk ke NTB, dan penyelundupan daging ayam yang tidak pernah ditindak oleh aparat berwenang,” ujarnya kemudian.

Menurutnya, populasi ayam tidak terkontrol. Tahun ini saja diperkirakan kenaikan populasi ayam mencapai 300 persen.Kondisi pasar yang kelebihan pasokan tersebut mengakibatkan harga ayam menjadi jatuh di tingkat peternak.

“Belum lagi kemudahan regulasi dan pengawasan dari Pemerintah membuat para korporasi mampu melakukan penetrasi dan secara terselubung bisa mendikte harga di pasar. Perusahaan besar tersebut memiliki rantai pasok. Akibatnya mereka dengan mudah bisa mengendalikan harga di pasar,” terangnya.

“Dari sisi harga jelas peternak tidak bisa bersaing. Bibit dan pakan petani beli dipabrik yang ikut beternak. Jadi merekalah barometer harga di NTB, karena populasi mereka terbanyak, jadi semua ikut harga mereka,” ujarnya.

Baca Juga :   Kementan Lepas Ekspor Suplemen Pakan Ternak Ke Vietnam Hingga Jepang

Ia bahkan menyalahkan pemerintah, karena tidak pernah ada solusi. Mereka tidak pernah tahu kondisi peternak di lapangan, melihat langsung kondisi peternak.

Coba simak, Ahmad Muchsin (35) pengusaha ternak ayam potong asal, Lembar, Lombok Barat dalam minggu terakhir ini selalu murung, seakan ada sesuatu yang tak beres dalam melakoni usaha rutinnya yang sudah dua tahun lebih ia jalaninya.

“Bagaimana ndak sedih, harga ayam potong di tingkat peternak anjlok dan membuat kita peternak merugi. Kondis demikian sudah terjadi hingga berbulan-bulan lamanya,” kata Muchsin di Lombok Barat.

Ia menandaskan, harga pakan terus naik, namun sebaliknya harga ayam masih anjlok. Jika dijual tentu akan merugi. Namun jika tyerus dipelihara sembari menunggu harga normal tentu menelan biaya operasional yang tidak sedikit.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.