Panennwes.com – Kementerian Pertanian (Kementan) RI mendorong Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi daerah penyangga utama bagi ketersediaan pangan di kawasan Indonesia timur.
Salah satunya dengan penggunaan benih inpari 48 blas dan benih Padjajaran Agritan sebagai benih Genjah yang lebih tahap terhadap kemarau ekstrem El Nino.
“Jadi NTB berupaya dikondisikan kesiapannya menjadi salah satu Provinsi yang akan menyanggah kawasan Timur, khususnya untuk ketersediaan pangan beras dalam menghadapi kontraksi El Nino,” tandas Kepala Dinas Pertanian NTB, Muhammad Taufik, Senin (16/10/2023).
Menurut Taufik, Kementan menilai Provinsi NTB merupakan salah satu wilayah subur yang memiliki tingkat produktivitas tinggi. Karena itu, pihaknya menginginkan agar NTB menyuplai kebutuhan beras bagi masyarakat luas di seluruh Indonesia. Petani juga diharapkan mau melakukan percepatan tanam disaat air masih tersedia dengan baik.
“NTB harus berkontribusi bagi kepentingan nasional karena ancaman El Nino dalam peta kita sudah berwarna hitam, cokelat dan merah. Tapi di NTB kita masih ketemu air untuk tanam. Karena itu percepatan harus kita kawal bersama untuk mempersiapkan penanaman 500 ribu hektare sesuai perintah Bapak Presiden,” kata Taufik.
Ia mengatakan, Kementan sendiri siap melakukan intervensi teknologi mekanisasi terhadap suatu daerah yang masuk pada zona kuning atau merah. Kementan juga telah menyediakan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) pertanian yang bisa membantu petani dalam mengembangkan usaha tani.
“Pemerintah siap mengintervensi teknologi mekanisasi dan varietas tahan kering dengan pendekatan yang lebih masif. Tentu saja kita berharap El Nino ini tidak terlalu ekstrem tapi apapun namanya kita harus antisipasi dengan serius,” katanya.
Dikatakan, gerakan nasional penanganan El Nino di NTB saat ini difokuskan pada lahan potensial untuk meningkatkan indek pertanaman dengan menggunakan padi genjah dan tahan kekeringan.
Apalagi, selama ini, NTB merupakan daerah bumi gogo rancah dimana penanaman padi mereka dilakukan juga di lahan kering. Terkait hal ini, pemerintah mendorong budidaya tumpangsari dan pertanian terpadu.
“Melalui cara itu petani bisa melakukan efisiensi biaya dan menggunakan input dari bahan organik dan alami sehingga ramah lingkungan,” tutupnya.