Pemprov NTB Dorong Milenial Upgrade Skil di Peternakan dan Pertanian

oleh -22 views
Kadisnakkeswan NTB, Muhammad Riadi
Kadisnakkeswan NTB, Muhammad Riadi (kanan) saat sosialiasi Penyakit Mulut dan Kuku di kantornya (Foto Istimewa)

Panennews.com – Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) NTB mendorong para generasi milenial untuk ambil bagian di sektor peternakan agar mampu menopang pertumbuhan ekonomi.

Kelompok-kelompok ternak milenial yang ada di NTB, sebelumnya telah diberikan bantuan kandang dan bibit unggas yakni ayam sebanyak 700 ekor.

Dengan harapan dari bantuan tersebut mereka dapat meng-upgrade skill ternak mereka. Namun dari beberapa peternak yang diberikan bantuan, kurang dari 40 persen saja berhasil bertahan dan sisanya dibiarkan kosong begitu saja.

“Ini yang coba kita perbaiki, kita sudah coba bangun komunikasi, kita usahakan sambungkan dengan Perusahaan-perusahaan besar. Seperti Charoen Pokphand, Japfa Comfeed, Baling-Baling Bambu,” ujar Kepala Disnakkeswan NTB, Muhammad Riadi, Rabu (30/8/2023).

Para peternak milenial ini dihubungkan kepada perusahaan-perusahaan tersebut sebagai mitra untuk membangun bisnis peternakan yang  saling menguntungkan.

“Kami sudah memberikan datanya (peternak milenial) yang mendapat stimulus. Tapi memang kalau dari perusahaan besar ini standarnya jelas, kalau hanya 700 ekor maka peternak akan rugi dan gak ketemu perekonomiannya,” ungkapnya.

Baca Juga :   Olahan Ayam Kalkun Ternyata Berprotein Tinggi

Agar peternak bisa mendapatkan nilai ekonomi jelasnya, mereka harus memiliki populasi ternak unggas paling tidak sebanyak 2.000-2.500 ekor. Dengan 2.000 ekor saja, peternak sudah bisa mendapatkan keuntungan untuk ternak itu sendiri sekaligus menjadi pekerja sendiri.

Jika populasi ternaknya 2.500 ekor, maka peternak dapat menggunakan jasa karyawan untuk mendukung bisnis ternaknya.

“Kalau perunggasan ini minimal skala perekonomiannya ketemu kalau peternak memelihara minimal 2.000 ekor. Baik ayam petelur atau pedaging,” terangnya.

Begitu juga dengan ternak ruminansia, menurut Kepala Dinas, bisnis peternakan yang paling menggiurkan adalah penggemukan sapi-sapi besar. Menurutnya jika telaten dipelihara, sehari bobotnya bisa naik sekilo.

“Kalau harga sekilo hidup Rp50 ribuan, kemudian biaya untuk perawatan dan pakannya dihitung Rp30 ribuan, masih ada untung. Kalikan perhari kenaikannya sekilo hingga bobotnya maksimal, peluang besar itu,” tukasnya kepada sejumlah wartawan.

Riadi menegaskan hanya saja niat generasi milenial bergelut di dunia peternakan memang terbilang rendah. Karena mindset-nya peternakan itu bau, kotor dan dan statusnya yang dianggap masih rendah, begitu juga pertanian.

Baca Juga :   Ciri Hamster Yang Stres, Begini Cara Mudah Mengatasinya

Padahal menurutnya jika sudah bergelut dengan peternakan maka mereka bisa menikmati hasil yang cukup besar. Sayangnya minat milenial untuk beternak belum terlalu nampak hingga kini.

“Kesulitan dari modal, sebenarnya tidak sulit. Kredit Usaha Rakyat (KUR ) itu kan sudah difasilitasi oleh kementerian, KUR ternak. Untuk nilainya berapa tergantung diberikan oleh pihak bank nya, kita hanya menjembatani saja,” jelasnya.

Pemprov sendiri telah berupaya mendorong peternak milenial ini sejak dari beberapa tahun lalu. Begitu juga dari Kementerian Pertanian juga melakukan hal yang sama, bahkan di NTB ada beberapa peternak milenial yang sukses dengan usaha ternak mereka.

“Cuma memulai ini masih ada image petani miskin, peternak miskin. Nah ini yang harus kita ubah, makanya sering dipublikasi anak-anak muda yang sukses beternak dan Bertani. Supaya menarik teman-teman lain,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.