Belajar Budidaya Kopi Organik di Pegunungan Muria

oleh -19 views
Proses penjemuran kopi organik di Desa Gunungsari, Pati, Jawa Tengah.(Panennews.com/Ahmad Muharror)
Proses penjemuran kopi organik di Desa Gunungsari, Pati, Jawa Tengah.(Panennews.com/Ahmad Muharror)

Panennews.com – Budidaya tanaman kopi di lereng Pegunungan Muria sudah lama dilakukan, khususnya di wilayah Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah.

Namun dari sekian, hanya sedikit yang memperlakukan secara organik. Dari sekian adalah petani di Desa Gunungsari, Kecamatan Tlogowungu.

Bahkan di sana, sudah mengimplementasikan budidaya kopi organik sejak tahun 2016, tepatnya saat Direktorat Jendral (Dirjen) Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia (RI) memfasilitasi petani untuk peralihan lahan dengan konsep organik.

Ketua Kelompok Tani Wana Lestari, Ngarjono mengatakan, lahan kopi organik di Gunungsari saat ini mencapai luas 13,6 hektare dengan jenis robusta. Sementara 157 hektare lainnya masih dibudidayakan secara kimia atau non organik.

Perawatan tumbuhan kopi dengan perlakuan organik, disebutkan jauh lebih mudah dan murah. Selain ramah terhadap lingkungan tentunya.

“Tantangan budidaya organik banyak, mulai dari faktor kesuburan tanah yang harus benar-benar dijaga karena secara organik,” ujar pria berumur 46 tahun itu, Selasa (12/9/2023).

Baca Juga :   Dilirik Pasar Global, Kementan Tingkatkan Produksi Kopi Organik

Dijelaskan, mengawali budidaya secara organik harus menunggu selama tiga tahun masa konversi lahan. Ia bersama petani lainnya baru memulai menanam kopi secara organik pada 2018. Setahun berselang kelompoknya sukses mendapat Sertifikat Organik.

“Sejak 2016 yang lalu kami melakukan peralihan lahan dari non organik menuju organik. Butuh waktu selama tiga tahun untuk mengkonversi lahan, agar terbebas dari pengaruh unsur kimiawi,” jelasnya.

Ngarjono membeberkan, berbeda dengan perkebunan kopi yang menggunakan pupuk kimia sebanyak dua kali dalam perawatan tanaman. Kopi organik, dalam dua tahun cukup sekali saja dipupuk dengan pupuk kompos.

“Kalau organik kondisi tanah menjadi gembur, sehingga membantu menyuburkan tanah tanpa ada pemupukan berlebih. Kalau pemupukan kimia, lahan akan menjadi keras karena tercemar kandungan kimia dari pupuk sintetis,” ungkapnya.

Baca Juga :   Selain Air Putih, Minuman Ini Cocok Dikonsumsi Pagi Hari

Dijelaskan Ngarjono, itulah alasan mengapa berkebun sangat cocok menerapkan pupuk organik. Selain lebih murah, juga lebih mudah dalam perawatan.

“Menanam organik karena ramah lingkungan. Alasan selanjutnya menanam dengan pola organik karena maraknya kebutuhan pangan organik, kelangkaan dan mahalnya pupuk kimia,” tuturnya.

Ditambahkan, setelah tiga bulan perawatan, biji kopi biasanya sudah bisa dipanen. Proses memetik kopi basah sampai mengolah menjadi green bean membutuhkan waktu selama 12 hari.

“Kami menanam dengan bibit lokal di sini. Selanjutnya merawat dengan cara organik dari Juni sampai Agustus. Kami tetap mengantisipasi keberadaan hama yang mengganggu apalagi di tengah musim yang tak menentu seperti ini,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.