Panennews.com – Vanili, siapa bilang tanaman perkebunan yang satu in tak bernilai ekonomis tinggi. Justru tanaman yang sebelumnya tak dilirik petani itu, memiliki nilai jual yang tinggi ditengah masih minimnya produksi petani terkait vanili ini. Bahkan produksi yang tersedia oleh petani tak sesuai dengan permintaan ekspor.
Salah satu desa di Lombok Timur, Desa Sajang, namanya sebagai produsen vanili saat ini di NTB justru para petaninya mengaku kewalahan untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri. Dalam artian vanili asal Lombok ini banyak diminati pasar mancanegera.
Kades Sajang, Lalu Kanahan, mengatakan, jika menanam vanili bagi warga Desa Sajang sudah lama digeluti petani.
Di desanya saat ini tercatat dua kelompok tani yang menanam vanili di Sajang. Ada kelompok tani yang menanam komoditas ekspor dengan cara konvensional.
Ada juga yang sudah mulai dengan cara modern. Meski demikian, sebagian besar petani masih menanam secara tumpang sari. Ada yang nanam bersama dengan alpukat, durian dan tanaman lainnya secara tumpangsari.
Kades yang juga seorang petani setempat mengajak seluruh petani untuk lebih fokus. Apalagi, masyarakat Sajang selama ini menggantungkan hidup pada dua sektor, yakni perkebunan dan pertanian.
Dikatakan, masing-masing petani ini setidaknya menanam vanili di atas lahan 10 persen dari seluruh lahannya, mampu menghasilkan rata-rata 4-6 ton sekali panen.
Menyinggung harga, saat ini yang basah dijual seharga Rp 135 ribu per kilogram. Harga saat ini disebut memang masih bagus.
Sebelumnya harganya sempat tembus Rp 350-500 ribu per kilogram basah.
Petani lainnya, Mahnep menyatakan, aktivitas budidaya vanili sudah cukup lama dilakukan di Sajang. Ada yang mulai menanam sejak tahun 1994 silam, karena terbentur persoalan harga, sehingga vanili ini habis dibabat oleh petani dan memilih menanam komoditi lain.