Industri Sagu Dan Coklat, Miliki Potensi Untuk Dikembangkan

oleh -43 views
cooked-bread-with-ingredients-eggs-tapioca-flour-cup_1150-22111
Foto : Freepik

Panennews.com – Industri sagu dan cokelat artisan di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan. Besarnya potensi untuk pengembangan industri sagu dan cokelat artisan.

Hal ini dapat dilihat dari ketertarikan calon mitra luar negeri pada pameran Hannover Messe 2023 yang diselenggarakan di Hannover, Jerman bulan April lalu. Dalam gelaran tersebut, salah satu perusahaan industri pengolah sagu, yakni PT Bangka Asindo Agro mencatatkan transaksi potensial senilai Rp6 Miliar.

“Dalam rangka mendorong penumbuhan industri pengolahan sagu dan cokelat artisan, kami menyelenggarakan mengadakan rapat kerja untuk mendalami potensi dan mengambil langkah strategis,” terang Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika di Jakarta, Jumat (26/05/2023).

Menurut Putu, tepung sagu merupakan salah satu bahan pangan sumber daya lokal yang memiliki potensi dikembangkan sebagai alternatif bahan pangan utama.

”Dengan konten pati yang cukup tinggi, produktivitas tanaman sagu dapat mencapai 6,25 – 7,5 ton pati/Ha/tahun, dengan asumsi pohon sagu yang dipanen hanya sebanyak 25 pohon sagu/Ha. Dengan demikian, potensi pati yang bisa dimanfaatkan bisa mencapai 41,25 Juta ton pati sagu/tahun,” terang Putu.

Baca Juga :   Tumbuh Investasi, Pemprov NTB Bangun Ekosistem Industri Porang Untuk Pasar Ekspor

Selain itu, pati sagu juga memiliki keunggulan dari sisi kesehatan yaitu gluten free, low glycemic index, dan high resistance starch content, sehingga cocok dikonsumsi penderita diabetes.

Lebih jauh, pemanfaatan sagu dapat mendukung ketahanan pangan, mengingat ketersediaan sagu yang melimpah, sehingga dapat disimpan untuk waktu panjang, baik berupa produk pati maupun tanaman hidup. Sagu juga dapat dikembangkan untuk pasar ekspor melalui produk-produk turunannya.

“Penggunaan sagu sebagai bahan baku produk pangan sangat luas, di antaranya beras analog, mi instan, dan pemanis. Selain itu, sagu juga dapat dikembangkan sebagai bahan baku bioetanol, biogas dan plastik biodegradable,” sebut Putu.

Adapun potensi pengembangan yang sangat luas ini membutuhkan kerja sama semua pemangku kepentingan. Langkah-langkah yang dapat digunakan untuk mengembangkan industri sagu antara lain penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk pembangunan infrastruktur, kegiatan promosi, dan menarik investor baru.

Sementara itu, industri cokelat artisan di Indonesia juga memiliki potensi yang besar untuk dioptimalkan. Saat ini terdapat 31 cokelat artisan dengan kapasitas terpasang 1.242 ton per tahun dan market share mencapai 1,3% dari 10% potensi pasar cokelat Indonesia. Angka ini masih memiliki potensi untuk ditingkatkan, mengingat tren di pasar cokelat yang semakin memprioritaskan kualitas produk cokelat.

Baca Juga :   Kemenperin Racik Industri Pangan Lebih Modern Dan Inovatif

Lebih lanjut, putu menyampaikan bahwa potensi pengembangan cokelat artisan ini masih terbuka. Pasalnya, industri cokelat artisan didukung oleh keberadaan Indonesia di khatulistiwa, yang merupakan tempat ideal bagi tumbuhnya tanaman kakao. Saat ini, terdapat 16 lokasi biji kakao premium yang mempunyai keunikan cita rasa dan cerita yang berbeda dari masing – masing daerah untuk dibagikan kepada para konsumen.

“Cokelat artisan merupakan salah satu produk hilir kakao yang dibuat dair biji kakao kualitas premium dan melalui tahap proses produksi secara khusus sehingga menghasilkan produk cokelat berkualitas tinggi dan cita rasa yang khas. Selain itu, produk ini menyajikan story telling yang menarik bagi konsumen dan masih terdapat 600 cita rasa cokelat di Indonesia yang perlu diekplorasi oleh pelaku usaha” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.