Pengolahan Sampah Jadi Pupuk Organik di Bank Sampah NTB

oleh -3 views
Ilustrasi Sisa Sampah Organik
Ilustrasi Sisa Sampah Organik - Foto : Freepik

Panennews.com – Lingkungan yang indah, bersih, dan sehat tentu menjadi idaman semua pihak. Namun, untuk menuju kondisi itu setiap individu dan kelompok harus terlebih dahulu peduli terhadap kebersihan lingkungan masing-masing. Sebab yang dapat menghalangi keindahan, kebersihan dan kesehatan adalah sampah.

Pendiri Bank Sampah NTB Mandiri, Kota Mataram, Aisyah Odist menyatakan, pengelolaan sampah dapat menjadi Kompos Organik, Pupuk Cair, Briket Sampah, dan Biogas.

Menurutnya, untuk bisa mengolah sampah menjadi pupuk organik, setiap orang mesti mengetahui dasar-dasar pembuatan pupuk organik. Metode pengelolaanya, dan analisa bisnisnya.

Aisyah menjelaskan tentang proses pengomposan alami. Diantaranya menggunakan metode lahan-lahan yang sebelumnya menjadi tempat pembuangan sampah organik.

Baca Juga :   Ketersediaan Pakan Hijauan Tingkatkan Kesejahteraan Peternak Lokal dan Jaga Pasokan Bahan Baku Industri

Untuk membuatnya dapat menggali tumpukan sampah. Selanjutnya pisahkan dari bahan-bahan yang tidak dapat lapuk. Jemur sampai kering.

Aisyah menyatakan, cara membuat kompos alami juga bisa dengan bak pengomposan dari semen. Buat lubang pada salah satu sisi bak agar cairan yang dihasilkan dapat tertampung dan dimanfaatkan. Aduk semua bahan menjadi satu. Masukan ke dalam bak pengomposan.

Aisyah melanjutkan, untuk menandai proses pengomposan berlangsung baik dengan memperhatikan suhu udara dalam campuran bahan. Pengomposan yang baik akan meningkatkan suhu dengan pesat selama empat hari. Tampung cairan yang keluar dari bak semen.

Baca Juga :   Kerjasama BRIN - UNISA, Majukan Industri Pertanian Dan Pangan Berkelanjutan

“Dua minggu kemudian, balik bahan kompos dan jemur,” kata Aisyah di Ampenan yang menjadi lokasi Bank Sampah NTB Mandiri.

Sementara itu dalam analisis bisnis pada buku Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik, Alex S, 2020, disebutkan, analisis harus memperhatikan perkiraan produksi, bahan baku, asumsi penyusutan, dan harga jual.

Harga dasar bisa Rp 1.500 per kilogramnya. Masukan pula biaya produksi baru kemudian dapat diperoleh Break Even Point.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.