Sempat Ditinggalkan Petani, Padi Rojolele Srinuk Kembali Digemari Usai ‘Dinuklir’

oleh -45 views
beras rojolele
Beras Rojolele Srinuk dari Delanggu, Klaten. (Dok. Pemprov Jateng)

Panennews.com – Varietas padi “Rojolele Srinuk” asal Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, tengah moncer. Sempat ditinggalkan petani karena masa panennya lama, padi lokal ini kini menjadi primadona petani berkat rekayasa nuklir

Ketua Sanggar Rojolele Delanggu, Eksan Hartanto, menyebut, Rojolele awalnya adalah varietas umum yang ditanam oleh petani di wilayah Delanggu.

Namun karena masa tunggu panen yang mencapai 155 hari, petani memilih beralih ke varietas lain yang lebih singkat masa panennya. Padahal varietas Rojolele memiliki keunggulan rasa dan tekstur yang pulen.

Pada 2013-2019 Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) memuliakan varietas ini. Dampaknya, varietas Rojolele lebih singkat masa panen dan tahan akan penyakit.

Varietas yang telah dimuliakan Batan didaftarkan pada Kementerian Pertanian RI dengan nama Rojolele Srinuk. “Petani lalu berbondong-bondong menanam kembali padi jenis ini,” kata Eksan saat dihubungi media dari Klaten, Kamis (29/12/2022) petang.

Baca Juga :   Teknologi Nuklir Bisa Bermanfaat Untuk Padi

Di Desa Delanggu, terdapat 28 hektare area sawah varietas ini dengan 40 petani penggarap. Hasil panen varietas ini mencapai 8 ton beras per bulan. Di seluruh Kabupaten Klaten, Rojolele Srinuk telah ditanam di 24 Kecamatan dan menyebar ke 123 titik.

Eksan menyebut beras Rojolele Srinuk telah beredar di beberapa daerah. Selain pulau Jawa, produk petani Delanggu telah dinikmati hingga Bangka Belitung dan Ibukota DKI Jakarta. Namun pemasaran produk ini masih eksklusif.

Sebab, dengan harga per kilogram yang mencapai Rp 14.500 segmen pembelinya dari kalangan terbatas. Selain itu, petani pun lebih diuntungkan dengan harga beli yang tinggi. Saat ini, harga Rojolele Srinuk mencapai Rp 13.500 sampai Rp 14.500 per kilogram.

“Kalau harga, konsumen tidak masalah dengan beras dari kami. Hanya saja, beras varietas ini kan sempat tidak ditanam (karena alasan lama panen). Tetapi kan ada beras yang kemasannya saja ditulis Rojolele. Nah, kami mencoba meyakinkan konsumen, bahwa ini (Rojolele Srinuk) merupakan Rojolele yang memang asli,” tuturnya.

Baca Juga :   Kunjungi Bandung, Mentan SYL: Tiada Hari Tanpa Tanam dan Panen Padi

Eksan mengatakan, pengembangan beras “Rojolele Srinuk” juga didukung oleh Pemkab Klaten. Mulai dari fasilitasi peningkatan SDM, pemberantasan hama hingga upaya penyerapan hasil tani dengan memberdayakan perumda untuk kemudian dibeli oleh para ASN di lingkup Pemkab Klaten.

Pemprov Jateng juga memberi dukungan untuk makin mengenalkan padi ini. Gubernur Jateng Ganjar Pranowo sempat datang di masa tanam dan panen serta mencoba rasa nasi dari padi tersebut.

“Pak Ganjar juga membeli 100 kilogram beras. Setelah itu dimasak diberi testimoni di media sosial. Kan pengikutnya di media sosial banyak, hasilnya lumayan untuk penjualannya,” paparnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.