Banyak Dikirim ke Luar Daerah Jadi Penyebab Harga Cabe Tinggi

oleh -11 views
Cabai
Foto : Istockphoto

Panennews.com – Harga cabai rawit di pasaran kini sudah tembus haragnya hingga Rp 80 ribu per kilogram (Kg). Dimana menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Provinsi NTB, Abdul Aziz, penyebab mahalnya harga cabai saat ini karena bahan pokok tersebut, banyak dikirim ke luar daerah.

“Setelah kita menggalinya, harga yang ada di NTB Rp 60 ribu sampai Rp 80 ribu itu, kalau diluar NTB bisa sampai 130 ribu. Sehingga cabai dari NTB banyak yang dijual ke luar daerah,” kata Aziz, di Mataram akhir pekan lalu.

Dikatakan, komoditas cabai NTB yang dibawa ke luar daerah itu mayoritas dikirim ke Batam, yang diketahui berdasarkan laporan dari Karantina Mataram. Menariknya, ratusan ton cabai itu dikirimkan melalui transportasi udara, menggunakan pesawat.

Pihaknya tidak ingin NTB disebut kecolongan, karena banyak komoditas lokal yang dibawa ke luar daerah. Persoalan komoditas cabai yang banyak dibawa keluar daerah tidak jadi soal, bahkan tidak ada pembatasan terhadap cabai yang dikirim ke luar NTB.

“Kita tidak bicara pembatasan. Kita ini kan NKRI, tidak bisa membatasi. Nanti petani menjadi tidak bergairah menanam kalau cabai itu dibatasi ekspornya keluar daerah,” tandasnya.

Baca Juga :   Jaga Stabilitas Harga Pangan, Dinas Ketahanan Pangan NTB Gelar Gerakan Pangan Murah

Kendati demikian, Pemprov sambung Aziz terus berupaya bagaimana supaya para petani ini tetap punya animo untuk menanam cabai, yang salah satunya melalui gerakan P2L (program pangan lestari). Dimana P2L ini merupakan program dari Pemerintah Pusat yang diberikan kepada Kabupaten/Kota yang ada di Pulau Sumbawa.

“Cuma bagaimana supaya harga cabai di NTB itu stabil. Makanya kiat-kiat kita itu pertama program P2L itu dilanjutkan,” ujarnya.

Tidak hanya itu, demi menstabilkan harga cabai, Pemprov juga menggalakkan gerakan penanaman pohon di seluruh instansi dan lembaga yang ada di NTB. Dimana bibit tanaman ini sudah disiapkan oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten/Kota, juga Provinsi.

“Termasuk kami dari Dinas Ketahanan Pangan juga menyiapkan (bibit, red),” jelasnya.

Dikatakan Aziz, produksi cabai di NTB sebanyak 135 ribu ton per tahun. Sedangkan konsumsi masyarakat dalam daerah hanya 209 ton per minggu. Artinya, stok cabai dalam daerah masih surplus dan cukup hingga beberapa minggu kedepan.

“Memang kita surplus, tapi yang tidak bisa kita kendalikan itu distribusi produk cabai ini keluar daerah. Karena harga diluar itu menggiurkan, Rp 130 ribu per kilogram, sementara di kita paling tertingginya Rp 80 ribu,” jelas Aziz.

Baca Juga :   Gerakan Pangan Murah di NTB, Jaga Stabilisasi Harga Pangan Masyarakat

Asisten II Setda NTB, H. Fathul Gani menimpali jika pemerintah memberikan atensi khusus terhadap naiknya harga cabai di NTB. Sehingga untuk menghadapi permasalahan naiknya harga cabai ini, bersama pemerintah kabupaten/kota disepakati agar memperluas areal tanam cabai.

“Pertama kita akan perluas areal tanam. Kalau saat ini 5.700 hektar, menjadi 10.000 hektar. Kita sudah sepakat dengan teman-teman di kabupaten/kota untuk membagi areal tanam, sehingga target 10.000 hektar tercapai untuk 2024,” tandas Gani.

Dikatakan, jumlah produksi cabai hampir 60 ribu ton. Sementara kebutuhan di NTB sebanyak 20 ribu ton cabai, sehingga kelebihan stok cabai ini yang dikirimkan ke luar daerah.

Adapun daerah yang ada di Pulau Sumbawa diharapkan mampu memenuhi kebutuhan cabainya sendiri. Untuk itu, Pemprov NTB berharap Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) menjadi sentra produksi cabai di Pulau Sumbawa.

“Kita berharap untuk sentra penopang cabai di Pulau Sumbawa bisa dipasok dari KSB. Karena untuk Bima sudah dijadikan sebagai sentra bawang, sentra jagung di Dompu dan Sumbawa,” harapnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.