Jaga Stabilitas Harga Ikan, KKP Kembangkan Korporasi Nelayan Di Cilacap

oleh -12 views
Tanggapi Permasalahan Nelayan Tidore, KKP Jamin Perizinan Berusaha Penangkapan Ikan Cepat dan Mudah
Foto : Dok. KKP

Panennews.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (Ditjen PDSPKP) memberikan fasilitasi pengembangan korporasi nelayan.

Adapun hal tersebut dilakukan KKP di Cilacap Jawa Tengah melalui dukungan gudang beku portable, kendaraan berpendingin, dan bimbingan teknis.

Dukungan tersebut merupakan upaya KKP mendorong budaya korporasi sekaligus membangun ekosistem hulu-hilir perikanan hingga kesejahteraan nelayan sebagaimana arahan Presiden Republik Indonesia.

“Kami memberikan dukungan sarpras untuk penguatan korporasi nelayan Koperasi Unit Desa Mina Saroyo di Cilacap,” ujar Direktur Jenderal PDSPKP Budi Sulistiyo, Sabtu (23/09/2023).

Selain itu, Budi juga merinci dukungan tersebut diantaranya fasilitasi gudang beku portable kapasitas 10 ton untuk menjaga mutu dan stabilitas harga ikan.

Baca Juga :   Nelayan Pantai Jerman Kurangi Jarak Tempuh Melaut, Akibat Cuaca Kurang Bersahabat

Dikatakannya, operasional gudang beku portable tersebut turut menghasilkan pendapatan bersih rata-rata Rp20 juta/bulan serta menyerap 6 orang tenaga kerja langsung.

Lebih lanjut, Budi berharap dukungan tersebut dapat meningkatkan efektivitas korporasi nelayan Koperasi Unit Desa (KUD) Mino Saroyo, Cilacap Jawa Tengah.

Sementara itu, melihat keberhasilan pemanfaatan sarpras tersebut, KUD Mino Saroyo kemudian mengembangkan usahanya dengan membangun sendiri gudang beku kapasitas 200 ton dengan Air Blast Freezer (ABF) 5 ton.

“Stabilitas harga terlihat, pada musim ikan biasanya harga cakalang Rp12.000, saat ini tetap bertahan Rp15.000,” jelas Budi.

Baca Juga :   Usung Ketahanan Pangan, Komisi IV Tinjau Lumbung Pangan Di Papua

Tak hanya itu, Ditjen PDSPKP juga turut memfasilitasi kendaraan berpendingin untuk membantu perluasan distribusi produk perikanan yang mutunya terjamin.

Hasilnya, area distribusi tidak lagi sebatas wilayah Jawa Tengah melainkan meluas ke Jawa Barat, Jakarta, Jawa Timur, dan Bali.

Lebih jauh, Budi mengungkapkan mobil berpendingin meningkatkan efisiensi biaya distribusi 30-40% atau senilai Rp27,5 juta/bulan dan menghasilkan pendapatan bersih rata-rata Rp6 juta/bulan.

“Fasilitasi mobil berpendingin ini juga telah menyerap 2 tenaga kerja tetap dan 5-7 tenaga kerja harian untuk bongkar muat produk perikanan,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.