Panennews.com – Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi NTB Julmansyah mengatakan, masyarakat tinggal menanam pohon kayu putih di lahan tandus, nantinya daunnya bisa dijual kepada pabrik.
Pabrik kayu putih ada di Pringgasela dengan kapasitas 6 ton taun pohon kayu putih.
“Jadi seberapapun daun kayu putih didapatkan oleh petani akan terbeli. Itu adalah wujud industrialisasi hasil hutan bukan kayu yang telah menjadi program unggulan NTB Gemilang,” kata Julmansyah pada panen kayu putih di Lombok Timur akhir bulan lalu.
Dijelaskan, masyarakat cukup menanam pohon kayu putih ini satu kali saja, sementara panennya bisa dilakukan dua kali setahun. Uniknya, semakin kering wilayah penanaman pohon kayu putih akan semakin bagus hasilnya.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB melalui Balai KPH tidak tinggal diam. Dengan segala upaya dan kerja keras, aparatur KPH di lapangan mengedukasi petani agar tidak menanam monokultur jagung dan tanaman semusim lainnya di kawasan hutan.
Dengan pola agroforestry (wana tani), edukasi ini secara perlahan mulai terbukti dan ada perubahan bentang lahannya.
Hal ini terbukti di kawasan area Perhutanan Sosial Kemitraan Kehutanan seluas 50 hektare di Desa Gunung Malang Pringgabaya Lombok Timur, mampu merubah lahan jagung menjadi agroforeatry kayu putih dan tanaman lainnya.
Dikatakan, alasan NTB menggalakkan penanaman kayu putih lantaran secara nasional, Indonesia masih mengimpor kayu putih sekitar 80 persen dari kebutuhan.
Sehingga saat Pemprov NTB mencanangkan industrialisasi hasil hutan bukan kayu maka kayu putih adalah salah satu pilihan yang terbaik.
“Karena itu kami sangat optimis, dua atau tiga tahun kedepan, NTB akan menjadi pemain utama minyak kayu putih di Indonesia,” ujarnya.
Menurutnya, lokasi penanaman kayu putih terus diperluas, terutama di kawasan-kawasan tandus dan marginal.
Di Resort Pringgabaya atau di KPH Rinjani Timur saja ada sekitar 430 hektare lahan tanaman kayu putih yang penanamannya dibantu oleh BPDAS Dodokan Moyosari.