Panennews.com – Jagung adalah komoditas yang sangat penting di Indonesia, selain karena banyaknya manfaat dari kandungan nutrisi jagung bagi tubuh. Jagung merupakan panganan pokok pengganti beras dalam upaya diversifikasi pangan, maupun sebagai pakanan di dunia peternakan.
Artinya, hampir sama dengan padi sebagai bahan pokok, ketersediaan akan jagung yang berkualitas juga sangat dibutuhkan bagi banyak komoditas konsumen.
Dalam perkembangannya, ditemukan metode baru dalam mengantisipasi kualitas dan ketersediaan jagung yang kebutuhannya selalu meningkat. Metode tersebut adalah pemanfaatan lahan rawa dengan melakukan pola tanam zig-zag,
Dalam skema penanaman zig-zag nantinya membuat sinar matahari yang menyinari tajuk jagung tidak terhambat daun jagung yang saling menaungi bila ditanam lurus.
Faktanya, implementasi dari pola tanam zig zag dengan pupuk bantuan fosfat alam di beberapa lahan ternyata membuat jagung dapat dipanen dengan hasil kualitas yang lebih baik dan mampu menghasilkan 20 ton per ha atau setara 3 kali lipat hasil rata-rata petani. Hal ini tentu juga merupakan bagian dari upaya optimalisasi peningkatan produksi jagung di Indonesia.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), angka produksi jagung di Indonesia di 5 tahun belakangan ini tren-nya selalu meningkat. Di tahun 2014 adalah 19 juta ton lalu di tahun 2015 meningkat menjadi 19,6 juta ton.
Angka kenaikan produksi jagung terus meningkat, bahkan di tahun 2016 produktivitasnya melonjak di angka 23,6 juta ton, di tahun berikutnya naik menjadi 28,9 juta ton dan di tahun 2018 produksi tanaman holtikultura ini menyentuh di angka 30 juta ton.