Panennews.com – Kementerian Pertanian (Kementan) terus memperluas kerja sama internasional di bidang peternakan. Dalam pertemuan bilateral dengan Kementerian Industri Primer (Ministry of Primary Industry/MPI) Selandia Baru.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) membahas rencana impor sapi perah, semen (air mani) beku, dan embrio dari Selandia Baru guna mendukung pengembangan populasi sapi di Indonesia.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, menegaskan bahwa kerja sama ini bertujuan mendukung program pemerintah dalam meningkatkan konsumsi protein hewani nasional melalui diversifikasi sumber impor ternak.
“Selandia Baru menjadi salah satu negara prioritas sumber sapi perah karena kualitasnya yang terjamin,” kata Agung, Kamis (28/11/2024).
Pada kesempatan tersebut, Kementan membahas harmonisasi persyaratan kesehatan hewan dan konsep Zoo-sanitary Certificate (VHC) untuk ekspor sapi perah, semen beku, dan embrio dari Selandia Baru.
Selain itu, Agung juga menyebutkan bahwa MPI telah mengajukan konsep VHC yang sebagian besar sudah sesuai dengan kebutuhan Indonesia, namun beberapa poin masih memerlukan klarifikasi lebih lanjut.
“Kami telah mengirimkan catatan detail melalui surat resmi kepada MPI, termasuk mengenai pengujian laboratorium untuk beberapa penyakit hewan. Klarifikasi ini diperlukan agar tidak ada ketidaksesuaian antara persyaratan kesehatan hewan Indonesia dan konsep VHC yang diajukan,” ujar Agung.
Selain terkait teknis persyaratan kesehatan, salah satu isu utama yang dibahas adalah pengiriman sapi perah dari Selandia Baru.
Hingga saat ini, pengangkutan sapi perah ke Indonesia hanya dilakukan melalui jalur udara, yang membutuhkan biaya tinggi. Dalam diskusi, Kementan mengupayakan agar pengiriman melalui jalur laut dapat diimplementasikan sebagai opsi lebih ekonomis.
“Kami berharap MPI dapat membantu mempercepat negosiasi terkait ini agar pengiriman jalur laut segera terealisasi,” kata Agung.
Sebagai langkah lanjutan, Kementan mengusulkan diskusi teknis secara daring pada minggu pertama Desember 2024 untuk menyelesaikan detail teknis tersebut.
Sementara itu, Wakil Dubes Selandia Baru, Giselle Larcombe, menyatakan bahwa negaranya berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan subsektor peternakan di Indonesia.
“Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan subsektor peternakan, dan kami merasa terhormat dapat berkontribusi dalam upaya ini. Selandia Baru siap berbagi pengalaman, teknologi, dan sumber daya untuk mendukung keberlanjutan program Makan Bergizi yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia,” ujar Giselle.
Lebih jauh, kerja sama ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Kementan untuk diversifikasi sumber protein nasional.
Dengan memperkuat hubungan bilateral dengan negara-negara mitra, seperti Selandia Baru, Kementan optimistis dapat meningkatkan populasi ternak sapi dalam negeri sekaligus menekan ketergantungan pada impor daging sapi dan susu.