Panennews.com– Perang Rusia-Ukraina yang berlangsung sejak beberapa waktu lalu berpengaruh terhadap kondisi pangan di Tanah Air. Belum usai perang tersebut, saat ini situasi Iran-Israel yang memanas dinilai juga bakal berdampak ke kondisi pangan.
Hal ini disampaikan Bayu Dwi Apri Nugroho, pengajar pertanian, agrometeorologi, ilmu lingkungan, dan perubahan iklim Universitas Gadjah Mada (UGM), Senin (22/4/2024).
“Kenaikan harga migas, tentunya akan menyebabkan dampak karambol pada sektor-sektor perekonomian. Kita ingat konflik Rusia dan Ukraina telah menyebabkan terganggunya pasokan pupuk yang menyebabkan langkanya pupuk di berbagai negara, termasuk Indonesia,” ujarnya.
Ia memprediksi situasi panasnya Iran dan Israel akan menimbulkan gejolak atau konflik baru dunia. Konflik tersebut memang tidak akan berpengaruh secara langsung pada Indonesia. Namun posisi Iran sebagai Negara penghasil minyak juga akan membawa dampak ikutan.
“Apabila ada kenaikan harga minyak, tentunya ini akan berpengaruh terhadap supply logistik, yang akan berpengaruh ke harga-harga komoditas di Indonesia, tak terkecuali sektor pangan dan pertanian,” ucapnya.
Kendati demikian, ia mengajak melihat konflik dunia ini secara positif. Situasi ini menjadi momentum untuk berdikari dan tidak tergantung negara lain. Ia berharap kondisi ini menjadi momentum untuk memenuhi ketersediaan pangan dalam negeri mengingat kedaulatan pangan jadi harga mati suatu bangsa.
Menurutnya, masyarakat mesti mampu melihat bahwa dalam pemenuhan pangan tidak harus selalu menggantungkan kepada petani, tetapi bisa menjadi tanggungjawab tiap-tiap orang atau rumah tangga.
Mereka bisa memanfaatkan lahan-lahan sempit dan kosong untuk ditanami tanaman dan komoditas agro lainnya seperti ternak dan ikan dengan menerapkan urban farming.
“Kita juga berharap pada pemerintah melalui program-programnya dalam upaya meningkatkan produktivitas dan meningkatkan kesejahteraan petani,” katanya.
Situasi global saat ini, menurut Bayu, mau tidak mau membuat bangsa Indonesia harus bisa mencukupi kebutuhan pangannya sendiri. Pemerintah dan masyarakat harus menyiapkan swasembada pangan yang berkelanjutan, dan salah satu solusinya menyiapkan ekosistem-ekosistem pertanian berbasis inovasi teknologi.
Bayu menyebut, sistem pertanian terpadu di satu lokasi seperti desa dapat diterapkan. “Semoga dengan adanya kolaborasi program antara petani, swasta, akademisi dan pemerintah, dapat menghasilkan swasembada pangan dan kita tidak tergantung lagi pada kondisi sedang konflik atau tidak ada konflik di dunia,” pungkasnya.