Panennews.com – Anggota Komisi VI DPR RI Husni menyatakan kemirisannya terhadap permasalahan pupuk subsidi terutama mengenai pendistribusiannya yang terus berulang setiap tahunnya.
Ia menilai, distribusi pupuk subsidi ini harusnya tepat waktu dan sasaran. Ia pun menduga ada yang salah dalam tata niaga pupuk sehingga para Petani sulit mendapatkan pupuk dan harga beras semakin mahal.
“Saya enggak tahu apakah di dalam urusan pendistribusian pupuk ini apakah juga ada mafia-mafianya? Karena walaupun kita negara agraris, harga beras kita jauh lebih mahal daripada beras yang ada di luar negeri, Vietnam dan Thailand. Ini Tentunya ada sesuatu yang salah di dalam tata niaga pupuk kita ini,” ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VI dengan PT Pupuk Indonesia di Gedung Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (03/04/2024).
“Karena walaupun kita negara agraris, harga beras kita jauh lebih mahal daripada beras yang ada di luar negeri, Vietnam dan Thailand. Ini Tentunya ada sesuatu yang salah di dalam tata niaga pupuk kita ini,”
Di sisi lain, Ia mengapresiasi mengenai rencana produksi pupuk pada tahun 2024 dimana Pemerintah meningkatkan alokasi pupuk subsidi dari 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton dengan anggaran sebesar Rp26,6 triliun menjadi Rp53,3 triliun.
Lebih lanjut, peningkatan volume jumlah produksi pupuk ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian.
“Kita apresiasi bahwa Insyaallah penambahan daripada subsidi tersebut mudah-mudahan juga akan meningkatkan daya produksi petani, kita juga berharap bahwa republik ini kedepan bisa akan swasembada pangan,” harapnya.
Selain itu, Politisi Fraksi Partai Gerindra itu juga meminta PT Pupuk Indonesia untuk menghitung baik-baik terhadap rencana pengembangan strategis PT Pupuk Indonesia yang akan membangun pabrik baru di Fakfak, Papua Barat. Hal ini mengingat masih ada daerah lain yang memang merupakan wilayah pertanian.
“Tolong dihitung baik-baik, apakah itu feasible? Jangan membebani nanti keuangan negara, karena wilayah-wilayah pertanian itu umumnya paling banyak itu Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Jadi tentunya sekali lagi saya ingin ingatkan, bahwa subsidi itu buat petani yang pegang cangkul bukan petani yang pakai dasi,” tegasnya.