Panennews.com – Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertan) Pati memprediksi tahun ini, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah, surplus beras.
Mengingat saat ini saja, produksi gabah kering petani saja sudah mencapai 538.641,97 ton. Angka ini pasti bakal bertambah saat tutup tahun nanti.
“Produksi gabah kering giling di Pati periode Januari hingga pertengahan Desember ini total 538.641,97 ton,” kata Kepala Dispertan Pati, Niken Tri Meiningrum, Selasa (19/12/2023).
Jumlah gabah itu bila dikonversikan menjadi beras sama dengan 344.838,59 ton beras. Padahal kebutuhan beras untuk memenuhi kebutuhan lokal di Kabupaten Pati hanya 125.218,25 ton.
“Dengan demikian, terdapat surplus 175,39 persen atau sebesar 219.620,34 ton,” imbuh Niken.
Meski stok melimpah, tak lantas membuat harga kebutuhan pokok masyarakat (Kepokmas) satu ini turun. Nyatanya harga beras tetap tinggi di pasaran.
Niken mengungkapkan, melambungnya harga beras di pasaran terkolerasi mahalnya harga gabah petani.
Dimana harga gabah kering telah menyentuh Rp7.400 per kilogram, yang merupakan harga tertinggi dalam sejarah.
Menurut Niken, Normalnya harga gabah adalah Rp4.800 per kilogram. Sehingga kenaikan tersebut sangat tinggi.
Efek harga gabah tinggi otomatis harga beras ikutan naik.
Saat ini saja, beras kelas premium yang semestinya dihargai Rp12.000 per kilogram, melambung menjadi Rp14.000 per kilogram.
“Tata niaga tidak dalam kendali kita. Karena saat ini panen dan permintaan pasar jomplang. Panen tidak banyak. Tapi permintaan tinggi. Sementara saat ini belum masuk panen raya, sehingga harga mahal,” bebernya.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Pati, Hadi Santoso turut mengamini, meroketnya harga beras karena stok nasional menipis. Meski Pati surplus beras.
“Penyebabnya panen berkurang dan stok menipis. Sehingga harga naik. Tapi stok kami pastikan masih aman hingga akhir tahun ini,” pungkasnya.
