Panennews.com – Penyakit anthrax kembali ditemukan di Kabupaten Gunungkidul pada seorang warga yang ditengarai menjadi suspek anthrax. Penyakit ini bersumber dari penyakit ternak yang tak ditangani dengan baik.
Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM), Nanung Danar Dono, mengatakan untuk mencegah kasus ini sebaiknya peternak tidak memotong hewan yang sakit atau mengkonsumsi hewan yang sudah menjadi bangkai.
“Daging bangkai tidak boleh dikonsumsi karena matinya karena zoonosis bisa menular ke manusia,” kata dia, Minggu (10/3/2024).
Ia menyatakan ternak yang sakit sebaiknya diisolasi untuk diobati hingga betul-betul dinyatakan sehat. Adapun jika ditemukan ternak mati yang ditengarai terkena anthrax sebaiknya langsung dikubur atau dikremasi di lokasi.
“Jika tidak ada alat kremasi, maka dikubur saja, ditimbun, lalu disemen, tidak boleh dibongkar selamanya karena spora sangat awet. Penting juga adanya literasi dan edukasi agar kasus seperti ini tidak terulang kembali,” ujarnya.
Selain itu, ia meminta ternak yang mati tidak dipindah ke tempat lain sebab jika ternak mati tersebut mengeluarkan darah, darah itu menyebarkan spora.
“Jika dipindah, besar kemungkinan spora tercercer ke mana-mana,” katanya.
Kasus anthrax terus berulang ditemukan di Gunungkidul. Pada 2019, ditemukan 12 orang positif dan satu orang meninggal. Tahun 2021, terdapat 7 orang positif tertular anthrax dan setahun kemudian 13 orang positif. Adapun tahun lalu, 87 orang positif, 18 bergejala, dan satu orang meninggal.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM Prof. Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni mengatakan anthrax ini disebabkan oleh spora dari Bacillus anthracis yang bersumber dari hewan yang disembelih atau dari lingkungan ternak.
Selain pada ternak, penanganan serius juga harus dilakukan pada peternak. Para peternak perlu meningkatkan biosekuriti dan melakukan pengobatan pada hewan yang sakit serta memberi tambahan suplemen.
Menurutnya, hewan yang terjangkit bakteri anthrax juga bisa diobati. “Bakteri ini mudah mati jika diberi antibiotik, antiseptik, desinfektan dan mati pada suhu diatas 54 derajat celcius selama 30 menit.
Sementara untuk hewan yang sehat diharuskan sebaiknya diberi vaksinasi selama dua kali selama setahun,” paparnya.