Pakar UGM Pastikan Video Viral soal Beras Plastik adalah Hoaks

oleh -24 views
ilustrasi beras
Ilustrasi Beras - Foto : Dok. Istock

Panennews.com – Video tentang adanya beras plastik beredar di media sosial. Di video tersebut tampak nasi yang dikepalkan sebesar bola ping-pong, lalu dilemparkan dan tampak kepalan nasi itu memantul.

Pakar pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Nanung Danar Dono, yang juga Wakil Ketua Halal Center UGM menyebut adanya kabar soal beras plastik seperti video tersebut adalah hoax.

Menurutnya, jika terbuat dari plastik, beras yang dikukus mustahil bisa mengembang atau berubah wujud menjadi nasi.

Ia menjelaskan, polimer plastik saat dipanaskan atau dikukus hanya akan berubah jadi plastik panas. Bahkan, jika terlalu panas ia akan mengkerut, bukan malah mengembang.

“Begitu pula dengan beras plastik komersial. Jika memang benar ada, maka saat dipanaskan ia hanya akan berubah menjadi beras plastik panas, bukan berubah menjadi nasi,” ujar Nanung di kampus UGM, Rabu (11/10/2023).

Baca Juga :   Punya Stok 38 Ribu Ton, Beras Di Jakarta Melimpah Jelang Nataru

Nanung menyampaikan, video yang menampilkan kepalan nasi yang dibentuk bola padat lalu bisa memantul saat dilempar, bukan berarti menunjukkan nasi tersebut terbuat dari plastik.

Namun, nasi tersebut memiliki kandungan non-starch polysaccharides (NSP) atau karbohidrat non-patinya tinggi, terutama pada kandungan amilopektin dan amilosa.

Ia menyebut, contoh jenis beras yang memiliki kandungan amilopektin dan amilosa tinggi adalah beras ketan atau glutten rice atau stiky rice.

“Itulah sebabnya mengapa lemper itu saat digigit sangat liat, berbeda dengan arem-arem yang terbuat dari beras biasa,” ujarnya.

Nanung menjelaskan, industri nasi palsu, telur palsu, ikan atau tempura palsu, kobis palsu, sayur palsu sesungguhnya memang ada di Jepang dan di China. Meski begitu, produk-produk tersebut sebatas sebagai bahan display menu di depan restoran dan bukan untuk dikonsumsi.

Baca Juga :   Tinjau Pasar Soreang, Kemendag : Jelang Lebaran Harga Bapok Turun

Di Jepang, China, atau Thailand, banyak ditemui restoran yang memajang menu masakan dengan produk-produk semacam itu.

“Itu sekadar untuk contoh berbagai menu yang dijual, bukan untuk dikonsumsi pembelinya,” ucapnya.

Oleh karena itu, sangat bijaksana jika warganet atau masyarakat di Indonesia membiasakan diri mencari klarifikasi kebenaran sebuah informasi yang sedang viral di media sosial.

“Ini penting agar kita tidak membuat gaduh dan tidak ikut menyebarkan kebohongan ke publik. Mestinya pantang bagi kita membuat atau ikut-ikutan menyebarkan berita bohong di media sosial,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.