Panennews.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sedang memperkuat program produksi pakan ikan mandiri untuk mendukung pengembangan perikanan budidaya yang efisien.
Produksi pakan ikan mandiri tersebut akan fokus pada penggunaan bahan baku lokal dan pengelolaan pakan sesuai standar dan tersertifikasi.
“Pakan ikan sebagai salah satu komponen terpenting dalam kegiatan usaha budidaya ikan dalam rangka mendukung pencapaian target produksi perikanan budidaya. Pasalnya pakan ikan menjadi faktor dominan keberhasilan perikanan budidaya. Sementara biaya pakan ikan dalam kegiatan budidaya adalah 60%-70%,”ungkap Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu, Selasa (24/10/2023).
Selain itu, Dirjen Tebe juga menjelaskan ada dua strategi yang diusung pemerintah Indonesia melalui KKP dalam hal pengembangan produksi pakan ikan.
Adapun strategi jangka menengah fokus mendapatkan bahan baku lokal dan manajemen pakan yang efisien.
Sementara Strategi jangka panjang fokus pada penggunaan bahan baku nabati dan lokal sesuai dengan nutrisi spesifik komoditas.
Selain itu, memastikan ketertelusuran pakan dalam penerapan menyeluruh untuk sertifikasi pakan (CPPIB) dan pendaftaran pakan.
Lebih jauh, tujuan dari strategi jangka panjang sampai dengan 2045 fokus pada produksi pakan yang ramah lingkungan, tidak merusak ekologi. Pada tahun 2045, Indonesia dapat berswasembada pakan ikan nabati.
Pemerintah pun telah menetapkan target produksi perikanan budidaya nasional pada 2024 sekitar 22,65 juta ton dengan 45,56 persen merupakan ikan dan udang yang memerlukan pakan sekitar 13,37 juta ton.
KKP pun melakukan beberapa pengendalian terhadap pakan yang beredar yaitu pakan ikan yang akan diedarkan wajib memiliki sertifikat pendaftaran pakan ikan.
Sebagai informasi, jumlah pakan ikan yang terdaftar di Kementerian Kelautan dan Perikanan dan masih berlaku, sampai dengan Oktober 2023 sebanyak 1.631 merek pakan.
Sementara itu, Prof. Dedi Jusadi, Akademisi IPB menyampaikan juga merespon positif strategi jangka panjang pengembangan pakan dalam negeri yang fokus pada penggunaan bahan baku nabati dan lokal sesuai dengan nutrisi spesifik komoditas.
Lebih jauh, Prof Dedi menyampaikan peningkatan produksi perikanan budidaya tentunya berkolerasi dengan meningkatnya kebutuhan pakan ikan.
Oleh karena itu, kondisi demikian akan memicu meningkatnya persaingan bahan baku dengan negara-negara produsen pakan.
“Meningkatnya persaingan bahan baku pakan menuntut kita untuk mengembangkan bahan baku berbasis perairan. Kriteria bahan baku tersebut diantaranya tidak berkompetisi dengan kepentingan manusia, dapat menyerap nutrient, serta dapat diproduksi secara massal,” jelasnya.