Gerakan Diversifikasi Pangan, Cara Tepat Lepas dari Ketergantungan Beras

oleh -18 views
Ilustrasi Umbi Talas
Foto : Istockphoto

Panennews.com – Pemerintah tak henti-hentinya mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi pangan utama tidak hanya beras. Di tengah terbatasnya cadangan karena iklim yang tidak menentu melanda dunia dan makin tingginya populasi manusia.

Rakyat diminta tidak hanya mengonsumsi beras, tetapi harus dilakukan gerakan diversifikasi (penganekaragaman) konsumsi pangan, seperti memakan ubi, singkong, dan sejenisnya.

Penganekaragaman konsumsi pangan harus didorong, sehingga masyarakat tidak hanya menjadikan beras sebagai satu-satunya untuk dikonsumsi. Aneka ragam bahan baku pangan juga tersedia bisa dijadikan bahan makanan yang memiliki manfaat (karbohidrat) setara beras.

Praktisi Pertanian NTB, Sugiarta mengatakan, bahwa konsumsi aneka ragam makanan seperti sayur, buah-buahan dan juga umbi-umbian, maka kebutuhan karbohidrat maupun protein bisa terpenuhi.

“Diversifikasi pangan bisa saja dilakukan di NTB. Konsumsi buah, aneka sayuran dan umbi-umbian termasuk yang telah diolah maka kebutuhan akan beras bisa dikurangi. Sehingga penganekaragaman konsumsi pangan ini bisa menggantikan sebagian atau mengurangi dari konsumsi beras,” ujarnya, Selasa (10/10/2023).

Baca Juga :   Kembali Kunjungi Kabupaten Sorong, Mentan SYL Komitmen Bangun Pertanian Bumi Papua

Sugiarta menjelaskan, namun perlu diperhatikan. Menurutnya, masyarakat tidak bisa sekaligus dipaksa mengonsumsi pangan selain beras. Salah satu caranya adalah, mendorong masyarakat melakukan pengolahan.

Misalnya, ubi diolah menjadi aneka pangan, demikian juga yang lainnya. Dengan cara ini, masyarakat bisa termotivasi untuk mengonsumsi pangan non beras.

Hal itu bisa dilakukan dengan edukasi dan pembelajaran bagi anak-anak muda sekarang bisa memulai untuk memilih menu-menu makanan olahan dari sayuran, buahan dan umbi serta kacang-kacangan.

Ketercukupan bahan baku pangan selain beras di NTB menurutnya sangat melimpah sehingga sangat bisa dilakukan dan berdampak besar bagi pemenuhan kebutuhan pangan non beras masyarakat.

“Di sekolah, Inilah yang kita edukasi supaya anak-anak ini terampil mengolahnya bahan – bahan baku pangan kita. Sehingga memiliki nilai tambah, yang ujungnya menjadi peluang usaha,” terangnya.

Baca Juga :   Kementan Sebut Keberhasilan Pangan Harus Melibatkan Berbagai Pihak

Penganekaragaman konsumsi pangan, lanjutnya, sangat tepat dikembangkan, sehingga menjadi alternatif untuk bahan pangan selain beras. Gerakan penganekaragaman konsumsi pangan ini dapat diawali mulai dari lingkungan sekolah.

Dicontohkannya dengan membuat makanan non beras yang diolah secara higienis dan sehat menjadi aneka olahan pangan.

“Mulai digerakkan penganekaragaman konsumsi pangan ini dilingkungan sekolah baik jenjang, TK, PAUD, SD, SMP hingga SMA/SMK. Karena perubahan perilaku itu memerlukan gerakan maka harus juga dimasukkan dalam kurikulum sehingga terintegrasi bagi pengimplementasian menjadi lebih cepat,” ujarnya.

Selain itu untuk mendorong lingkungan pendidikan mulai melakukan gerakan penganekaragaman pangan, tidak cukup hanya melakukan imbauan-imbauan. Tetapi, dapat diwajibkan dengan memasukannya dalam kurikulum sekolah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.