Tangani El Nino, Kabupaten Grobogan Andalkan Teknologi Perpompaan

oleh -52 views
download-_1_
Foto : Dok. Kementan

Panennews.com – Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan akan melakukan gerak cepat mengantisipasi kemungkinan adanya iklim ekstrim yang mempengaruhi jalannya produksi pangan.

Salah satunya mengatasi dampak kekeringan di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah (Jateng), khususnya di Kecamatan Geyer dan Godong, Desa Sobo dan desa Jatilor sekitar 200 ha untuk mendukung Gerakan nasional (Gernas) tanam padi 500.000 hektare (Ha) di 10 provinsi di Indonesia.

Kementan langsung melakukan koordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, petugas UPTD pengairan Kecamatan Geyer dan Godong, Danramil Geyer dan Godong, serta petugas PPL dan petani setempat.

“Semua pihak terkait memang harus bekerja sama untuk memanfaatkan air secara efisien sehingga dapat mengurangi dampak kekeringan,” ujar Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL), Senin (11/09/2023).

Baca Juga :   Fenomena El Nino, Ketahanan Pangan Di Ponorogo Relatif Aman

Kesepakatan bersama seperti pengaturan waktu pembagian air serta penertiban pompa-pompa air yg langsung mengambil air di saluran, supaya tidak secara bebas menggunakan air.

“Dengan demikian maka luas lahan sekitar 200 ha dapat terselamatkan sampai panen,” tambah Mentan SYL.

Sementara itu, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Ali Jamil menjelaskan, kegiatan Gernas ini dilakukan di dua lokasi. Yaitu Desa Sobo, Kecamatan Geyer yang dikelola Gapoktan Ngudi Makmur dimana area terdampak 25 Ha dengan luas hamparan 35 Ha.

Satunya lagi di Desa Jatilor, Kecamatan Godong yang dikelola Gapoktan Jatilor dimana Area terdampak >25 Ha dengan total hamparan >100 Ha.

Baca Juga :   Prinsip Masyarakat Dayak, Berladang dan Menjaga Keragaman Hayati Hutan

“Untuk mengairi lahan sawah ini menggunakan sumber air Daerah Irigasi Sidorejo dari Waduk Kedung Ombo (WKO) dan sumber air sungai lusi,” ujar Ali Jamil.

Dijelaskannya, jenis irigasi yang saat ini dikembangkan Kementan adalah irigasi perpompaan dan perpipaan, terutama untuk menghadapi musim kemarau ekstrem.

“Irigasi perpompaan ini juga untuk mengantisipasi kemarau ekstrim nanti. Selain itu juga meningkatkan intensitas pertanaman dan atau luas areal tanam, meningkatkan produktivitas pertanian, pendapatan, dan kesejahteraan petani. Antisipasi lainnya juga sudah dirancang dengan percepatan tanam, infrastruktur air dan pencocokan validasi cuaca dengan menggunakan data BMKG,” tutur Ali Jamil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.