Panennews.com – Industri sawit masih tetap menjadi andalan kinerja neraca perdagangan nasional. Perkebunan menjadi subsektor yang berkontribusi paling besar terhadap total ekspor pertanian sebesar 96,86 persen dari total nilai ekspor pertanian dan berasal dari komoditas perkebunan terutama kelapa sawit dengan share sebesar 73,83 persen.
Oleh karena itu, pentingnya dilakukan pemetaan dan pendataan sawit rakyat, karena tak dapat dipungkiri banyaknya kebun sawit rakyat yang perlu segera dilakukan peremajaan. Untuk itu data sawit harus teridentifikasi dengan baik dan dilakukan pendataan, agar luas lahan perkebunan kelapa sawit dapat terdata.
Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Perkebunan memberikan apresiasi kepada peneliti-peneliti IPB yang telah melakukan percepatan penelitian inovasi sawit 4.0, salah satunya terhadap Model OPTIMAL (Oil Palm Tree Identification based on Machine Learning) yang telah dikembangkan oleh IPB.
“Tujuan pengembangan sangat bermanfaat dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit Indonesia. Karakteristik sawit rakyat memiliki ciri-ciri menyebar, kecil, tidak merata, jauh dari akses Oleh karena itu, melalui OPTIMAL-IPB ini dapat dimanfaatkan untuk pendataan sawit rakyat agar lebih optimal, presisi dan terencana sehingga Direktorat Jenderal Perkebunan dapat memaksimalkan serapan kegiatan Peremajaan Sawit Rakyat dari BPDPKS,” ujar Heru Tri Widarto, Sekretaris Ditjen Perkebunan. Jum’at (30/06/2023).
Selain itu, Heru juga menambahkan, Pengembangan Teknologi Pemetaan Presisi Populasi Spasial Kebun Kelapa Sawit Rakyat oleh tim peneliti LPPM IPB yang diketuai oleh Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr dan merupakan kegiatan penelitian yang dibiayai oleh Rispro LPDP, telah diterima dan akan digunakan sebagai referensi dalam pengelolaan data komoditas perkebunan khususnya kelapa sawit, serta akan menjadi model pengembangan teknologi spasial untuk komoditas perkebunan lainnya.
“Pemodelan ini kami harapkan dapat digunakan juga sebagai bahan pengambilan kebijakan untuk pengembangan sawit dengan inovasi 4.0 di Direktorat Jenderal Perkebunan,” tutup Heru.