Mboyong Dewi Sri, Cara Desa Wisata Budaya di Gunungkidul Bersyukur Usai Panen

oleh -44 views
budaya Mboyong Dewi Sri
Gelaran ritual budaya Mboyong Dewi Sri di Patuk, Gunungkidul. (Panennews.com/Dok. Pemkab Gunungkidul)

Panennews.com – Desa wisata di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, masih menerapkan ritual budaya untuk bersyukur atas hasil panen di desa tersebut.

Tradisi merti atau bersih desa, kirab hasil bumi, hingga pelepasan ratusan ikan tersebut digelar di Kalurahan Beji, Kapanewon Patuk, Gunungkidul, Senin (19/6/2023). Tradisi perayaan ini rutin digelar pasca-panen ini diikuti ratusan warga di 6 padukuhan.

Kegiatan ini diawali dari kenduri yang digelar di Balai Padukuhan Jelok. Jelok sendiri punya cerita unik sebagai desa yang semula terisolasi karena Sungai Oya, namun kemudian berkembang sebagai desa wisata sejak pembangunan di desa tersebut.

Dari Jelok, masyarakat menggelar kenduri dan doa bersama sebagai wujud rasa syukur atas panen yang sudah dilaksanakan. Ingkung ayam dan nasi gurih dihidangkan untuk disantap bersama oleh warga.

Baca Juga :   BPS Sebut Luas Panen Dan Produksi Padi Di Kalimantan Timur Menurun

“Penyelenggaran tradisi ini dilakukan atas kesepakatan warga desa setelah mendapatkan rekomendasi waktu pelaksanaan dari tetua adat setempat,” kata Lurah Beji, Arif Wahyu Saputro.

Usai kenduri, masyarakat Padukuhan Jelok melanjutkan ritual merti Kali Oya. Dalam ritual ini masyarakat membawa gunungan yang berisi hasil bumi dari balai padukuhan menuju bantaran sungai.

Selain melarung hasil bumi, ratusan ikan dilepas ke sungai. “Ini sebagai wujud rasa syukur atas kesehatan dan keselamatan bagi warga yang mencari kehidupan di seputaran sungai,” papar Arif.

Setelah merti kali, tak kalah menarik adalah prosesi Mboyong Dewi Sri. Ritual ini sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, termasuk dengan menghadirkan sesosok perempuan yang memerankan Dewi Sri, dewi kesuburan.

Baca Juga :   Antisipasi Panen Raya, Mentan SYL Optimalkan Peran Kostraling Amankan Stok dan Harga Beras

Oleh masyarakat setempat, acara ini juga dimaknai dengan menyimpan hasil panen padi sebagai antisipasi jika terjadi kondisi sulit atau paceklik.

Setelah rangkaian tersebut, prosesi berlanjut dengan kegiatan diakhiri dengan pawai budaya. Ratusan masyarakat dari 6 padukuhan mengikuti kirab ini. Dari balai kalurahan, pawai melewati jalan desa menempuh jarak 5 kilometer.

Dalam sambutan pelepasan pawai budaya, Bupati Gunungkidul Sunaryanta menekankan pentingnya menjaga dan melestarikan adat tradisi budaya. Hal ini sebagai salah satu cara merawat kebudayaan bangsa dan negara.

“Dengan kegiatan seperti ini tentu saja melibatkan gotong royong antar warga. Ini modal besar yang dimiliki masyarakat kita,” kata Sunaryanta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.