Akademisi Soroti Pemangkasan Subsidi Pupuk

oleh -22 views
Pupuk Dok_Kementan
Dok. Kementan

Panennews.com – Pakar pertanian Univesitas Mataram (Unram) Prof Suardji, menyatakan, subsidi pupuk untuk petani dipangkas lantaran keterbatasan anggaran pemerintah pusat. Keadaan ini bakal mengancam ketahanan pangan negara secara perlahan.

Prof Suardji menilai bahwa kebijakan pemerintah ini sangat keliru. Seharusnya, kata Suardji, subsidi pupuk ditambah bukan malah dipangkas. Secara nasional ada sekitar 65 persen atau sebagian besar penduduk Indonesia yang menggantungkan nasibnya sebagai petani.

Namun jika pemerintah tidak memperhatikan 65 persen ini, maka dipastikan ketahanan pangan Indonesia bakal runtuh kedepannya.

Menurutnya, subsidi pupuk ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai jenis komoditas pertanian. Komoditas pertanian ini sangat mengharapkan tetap adanya subsidi pupuk, dengan tujuan biaya pertanian yang di keluarkan bisa terbantu, sehingga ketahanan pangan itu tetap terjaga.

Baca Juga :   Kementan Minta Akses Pupuk Subsidi Dipermudah Untuk Petani

Dikatakan, pemerintah pusat malah memberikan subsidi besar-besaran untuk kendaraan listrik. Keadaan ini dinilai sangat bertentangan dengan kondisi penduduk Indonesia yang mayoritas berprofesi sebagai petani.

Menurutnya, di negara maju saja tetap ada subsidi pupuk untuk petani. Contohnya di Inggris tetap ada subsidinya. Bahkan di seluruh dunia petani tetap dapat subsidi.

Ditambahkan, Indonesia lambat laun dipastikan akan bergantung lewat impor beras, dan impor tanaman pangan lainnya. Sehingga adigium swasembada pangan itu juga akan hilang, karena negara Indonesia bukan lagi negara agraris. Ini cukup membahayakan buat Indonesia kedepannya.

Baca Juga :   Panen Raya Bawang Merah Di Brebes, Mentan : Produksinya Semakin Baik

Tidak hanya itu, Prof Suardji menilai akan banyak petani yang memilih tidak bertani lagi. Lantaran pemerintah dianggap sudah tidak pro dengan petani. Yang ada pemerintah terkesan pro oligarki. Baginya ini dampak yang paling membahayakan buat negara Indonesia, dan khususnya NTB.

“Bagaimana jadinya kalau petani kita memilih tidak bertani lagi. Terus kita harapkan pangan dari impor, bisa repot kita,” ujarnya.

Sementara setiap tahunnya hampir seluruh produk pertanian itu turun harganya. Kasus semacam ini sudah sangat membahayakan buat masyarakat yang sebagian besar konsumsinya adalah produk pertanian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.