Panennews.com- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya meningkatkan produksi subsektor perikanan budidaya, termasuk udang yang menjadi salah satu andalannya. Upaya tersebut antara lain dilakukan melalui riset dan pengembangan sumber daya manusia (SDM).
Dalam hal ini, KKP melalui Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan (BRSDM) telah melakukan berbagai riset dan peningkatan kapasitas SDM di sektor kelautan dan perikanan, melalui pendidikan, pelatihan dan penyuluhan, termasuk di bidang budidaya udang. Upaya tersebut dilakukan melalui kolaborasi, baik dengan pihak lain maupun antar unit kerja di lingkungan KKP.
Sebelumnya Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan salah satu dari ketiga program terobosan adalah pengembangan perikanan budidaya berorientasi ekspor didukung riset kelautan dan perikanan, dimana salah satu komoditas yang ditargetkan adalah udang. Udang termasuk komoditas perikanan yang tengah digenjot produktivitasnya untuk memenuhi target produksi udang nasional sebanyak 2 juta ton pada tahun 2024. Untuk mencapai target tersebut, ada tiga strategi yang diusung KKP mulai dari melakukan evaluasi, revitalisasi dan modeling.
Plt. Kepala BRSDM Kusdiantoro mengatakan, tingginya angka produksi udang harus diimbangi dengan penanganan dan pengendalian mutu serta kualitas udang agar mampu menghasilkan nilai jual yang optimal dan mampu bersaing di pasar internasional. Pembekuan udang merupakan salah satu cara terbaik untuk mempertahankan kualitas udang. Untuk itu, BRSDM melalui Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBRP2BKP) telah menggagas pembuatan unit pembekuan udang skala menengah agar kualitas udang budidaya dapat terpelihara.
Hal itu ia sampaikan pada penyerahan prototipe pembekuan udang oleh BBRP2BKP kepada Politeknik Ahli Usaha Perikanan (AUP), salah satu satuan pendidikan tinggi BRSDM, Kamis (7/10/2021), di Kampus Politeknik AUP Serang. Penyerahan tersebut secara simbolis dilakukan oleh Kepala BBRP2BKP Hedi Indra Januar kepada Direktur Politeknik Ilham.
“Saya menyambut baik kolaborasi antar kedua unit kerja ini. Ke depan, saya berharap akan semakin banyak kolaborasi sejenis yang dapat memberikan benefit secara mutual bagi instansi yang terlibat. Di satu sisi, kita dapat memperkuat inovasi melalui alih teknologi yang disebarluaskan kepada pemangku kepentingan. Di sisi lain, inovasi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh para peserta didik untuk menajamkan kemampuan dan meningkatkan keahlian dalam hal penanganan udang beku,” ujar Kusdiantoro.
Riset pengembangan teknologi pembekuan udang yang dilakukan oleh BBRP2BKP tersebut bertujuan untuk menghasilkan prototipe pengembangan teknologi pembekuan udang untuk mendukung produksi budidaya udang nasional yang berkelanjutan. Prototipe terdiri dari contact plate freezer, chest freezer, dan seperangkat meja preparasi pembekuan udang. Adapun tahapan riset yang dilakukan meliputi penyediaan prototipe pembekuan udang skala menengah, Focus Group Discussion dan pelatihan dasar-dasar penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) unit pembekuan udang, simulasi produksi, pemantauan dan pengendalian kualitas udang hasil produksi dan analisis produk udang beku di laboratorium.
Kusdiantoro berharap penempatan prototipe pembekuan udang di Politeknik AUP Kampus Serang sebagai salah satu teaching factory dapat dimanfaatkan secara optimal dalam proses pembelajaran. Tidak sekedar diperkenalkan dengan teknologi pembekuan udang, para peserta didik juga dibekali pelatihan dasar-dasar penerapan GMP dan SSOP unit pembekuan udang. Ia juga berharap, hal tersebut dapat membentuk jiwa wirausaha para peserta didik, sekaligus mencetak SDM yang siap bersaing di dunia usaha dan industri di sektor kelautan dan perikanan.
“Sekali lagi saya menyampaikan apresiasi kepada BBRP2BKP dan Politeknik AUP. Semoga kerja sama ini dapat berjalan baik dan memberikan kontribusi besar bagi tercapainya target KKP untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen udang vaname terbesar di dunia,” pungkasnya.
Sebagai informasi, selain Politeknik AUP, KKP memiliki satuan pendidikan lainnya yang terbesar di berbagai daerah di Indonesia, dengan biaya pendidikan yang disubsidi negara. Jumlah satuan pendidikan lingkup KKP sebanyak 23 satuan pendidikan, yang terdiri dari sembilan Sekolah Usaha Perikanan Menengah, dan 14 satuan pendidikan tinggi. Sistem pendidikannya menggunakan sistem vokasi dengan pendekatan teaching factory. Porsi praktiknya mencapai 70%, sementara teori sebesar 30%. Minimal sebesar 50% dari jumlah peserta didik merupakan anak pelaku utama kelautan dan perikanan, seperti nelayan, pembudidaya, pengolah, dan pemasar ikan, serta petambak garam, sementara sisanya merupakan masyarakat umum.