Pesta Panen Ala Suku Dayak Wehea

oleh -575 views
9-BUDAYA- Pesta Panen Ala Suku Dayak
Pesta Panen Suku Dayak - Foto: IG/aman.kaltim

Panennews.com – Beragam tradisi dilaksanakan oleh sebagian masyarakat Indonesia sampai saat ini selain sebagai bentuk menjaga adat juga merupakan bagian yang erat dengan beberapa kondisi tertentu. Salah satunya adalah yang terjadi di Suku Dayak Wehea, Kalimantan Timur.

Perayaan wujud syukur atas hasil panen yang dilakukan secara rutin setiap tahunnya menjadi ciri khas suku tersebut. Selain warga lokal, tradisi tersebut juga tak jarang mengundang warga asing untuk terlibat sebagai wisatawan. Sekedar untuk melihat atau belajar tentang wawasan budaya lokal, tradisi tahunan ini bisa jadi alternatif menarik bagi masyarakat untuk lebih memahami budaya lokal, khususnya di Kalimanta Timur.

“Lom Plai” begitu warga Suku Dayak Wehea menyebut nama tradisi turun-temurun mereke tersebut. Secara harfiah, penyebutan Lom berarti pesta, sedangkan Plai bermakna padi, sehingga tradisi Lom Plai ini pada dasarnya merupakan pesta syukuran warga atas hasil panen padi disetiap tahunnya.

Baca Juga :   Wisata Pari Manta Indonesia, Tempati Peringkat 3 Di Dunia

Pada saat Lom Plai tiba, warga Suku Dayak Wehea yang merantau akan kembali ke desa untuk merayakan pesta syukuran tersebut. Perayaan ini memang selalu dinanti setiap tahunnya, setiap warga percaya bahwa tradisi ini akan memberikan berkah atas hasil pertanian yang telah mereka dapatkan.

“Panenku dating, wargaku tak lagi kelaparan. Terimakasih pada mu Dewi Padiku, kupersembahkan sebuah pesta untuk merayakan rasa syukur”, ujar Long Diang Yung yang merupakan gadis jelita anak semata wayang dari Ratu Warga Dayak, Diang Yung pada zaman dulu.

Baca Juga :   Kampung Coklat Blitar, Sebuah Agrowisata Dengan Nuansa Edukasi

Cerita gadis tersebut yang kemudian melegenda serta sekaligus menyematkan tradisi Lom Plai sebagai wujud syukur atas hasil panen ala Suku Dayak Wehea.

Lom Plai diawali dengan Seksiang atau ritual perang-perangan yang dilakukan di atas perahu. Dilanjutkan dengan prosesi selanjutnya, yaitu Peknai. Kegiatan ini merupakan prosesi siram-siraman dan menggoreskan arang pada wajah, undangan dan juga pengunjung.

Lom Plai memang erat dengan tradisi bercorak magis, di akhir prosesi, akan dilakukan suatu ritual pembacaan do’a oleh para tetua adat dengan tarian serta nyanyian Hudog yang dimaksudkan untuk memanggil ruh Hudog.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *