Panennews.com – Beternak bebek Peking Hibrida cukup potensial untuk dilakukan. Meski terkesan biasa saja, tetapi jika usaha ini ditekuni dengan sungguh-sungguh, cuan yang dihasilkan ternyata sangat menggiurkan.
Peternak Bebek, Fuji Lestari mengatakan, omzet yang didapat bisa tembus Rp 17 juta hingga Rp 20 juta dari panen bebek.
“Omzet per panen belasan hingga puluhan juta. Semoga dengan usaha ini saya bisa tambah mendirikan bubut bebek sendiri dan bisa jual hasil ternak sendiri ke warung dan restoran,” ujarnya, Rabu (4/12/2024).
Perempuan berusia 27 tahun ini mengaku, telah menjalankan bisnis sejak 2017 silam. Dari situ peternakannya terus berkembang.
Saat ini saja, dia telah memiliki sebanyak 4.000 ekor bebek yang dibudidayakan di kandang miliknya.
Ribuan bebek dipelihara dari bibit yang dibesarkan hingga memasuki usia dewasa, yakni 35 hari.
“Yang saya budidaya bebek pedaging, semuanya hampir 4 ribu tetapi dengan sisrem estafet, tiap minggu panen 400 hingga 600 ekor. Tugas saya cuma memelihara dari Day Old Duck (DOD) kecil sampai panen,” kata warga Desa Jimbaran, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah ini.
Bebek-bebek itu dibesarkan dengan sepenuh hati, berbagai cara seperti pemberian makan 2 kali sehari (pagi dan malam) dari campuran pakan ternak kepi, sosis, rijek, sentrat, dan crumble.
Bila sudah besar dengan bobot 1,8 sampai 2,5 kilogram akan dijual ke pembeli atau ke pusat pemotongan.
“Bebek dibesarkan lalu diambil oleh bakul atau pemotongan, kalau sudah memenuhi target bobot. Kebanyakan untuk keperluan disetor ke restoran dan rumah makan,” ujar peternak bebek jenis Peking Hibrida itu.
Sejauh ini pembeli datang silih berganti dari berbagai daerah, bukan hanya Kabupaten Pati saja tetapi juga luar kota. Adapun mereka dari Kabupaten Grobogan hingga Kabupaten Klaten.
Terdapat tantangan budidaya unggas dengan nama latin Anas platyrhynchos domesticus, ia menyampaikan jika penyakit menjadi momok yang mengintai ternaknya terutama gangguan pernapasan.
Itu sebabnya, perawatan harus dilakukan dengan intensif sehingga ia memisahkan bebek yang berpenyakit dari bebek yang sehat.
Ia mengaku memiliki dua kandang, yang pertama berfungsi memelihara bebek kecil di masa-masa kritis alias brooding. Sedangkan, kandang yang kedua untuk pembesaran.
“Ada dua kandang, fungsinya yang satu untuk brooding bebek kecil dan satu untuk pembesaran. Sedangkan, khusus bebek yang berpenyakit, maka akan kami pisahkan dari kandang agar tidak menulari bebek-bebek sehat lainnya,” urainya.
Perlu diketahui, pada Kamis kemarin dirinya baru saja panen hingga memperoleh 460 ekor dengan total pendapatan Rp 17,5 juta.
Sementara, untuk harga bebek dikatakannya tidak mesti tetap, saat ini menyentuh Rp 24.000 per kilogram.
“Gak tentu tanggal panennya karena kan sistem estafet, tiap per minggu bisa 400 sampai 600 ekor. Terakhir, Kamis kemarin dapat memanen 460 ekor bebek,” sebutnya.
Menurut pengalamannya, harga jual bebek akan naik drastis ketika memasuki hari raya.
Pasalnya, banyak peminat untuk membeli bebek guna kebutuhan konsumsi. Pada saat hari raya harga mencapai Rp 31.000 per kilogram.
“Pada saat penjualan momen Natal dan Tahun Baru sampai lebaran nilai jual tinggi. Pada saat musim Natal dan lebaran sampai Rp 31 ribu per kilogram, berbeda dengan saat ini dan hari biasa yang hanya berkisar Rp 23 ribu sampai Rp 24 ribu per kilogram,” bebernya.
Dia berharap, usaha semakin berkembang hingga mampu mendirikan mesin pemotongan sendiri agar produknya dapat diperjualbelikan secara langsung tanpa melalui perantara.