Tak Hanya Beras, Komisi IV : Jagung Hingga Sagu Jadi Pendukung Program MBG

oleh -2 views
ilsutrasi jagung
Ilsutrasi Jagung - Foto : H. Wardi

Panennews.com – Anggota Komisi IV DPR RI Edoardus Kaize menekankan pentingnya Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk tidak hanya berfokus pada beras sebagai sumber pangan utama guna memenuhi kebutuhan pangan nasional.

Menurutnya, Bapanas perlu menghadirkan varietas pangan lainnya. Hal ini disampaikannya di dalam rapat kerja bersama Badan Pangan Nasional dan Badan Karantina, Komisi IV DPR RI di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta.

“Pangan itu bukan hanya beras. Pangan itu banyak macam seperti jagung, sagu, singkong, dan ubi jalar, misalnya ada di daerah pegunungan yang padi tidak bisa tumbuh, lalu, apa yang harus ditanam di situ? Oh, singkong bisa tumbuh di sana, jadi ditanamlah singkong.” ujar Edo kepada Parlementaria, di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta, Kamis (07/11/2024).

Baca Juga :   Lindungi Komoditas Pertanian, Karantina Tarakan Pantau OPTK

Menurutnya, keberagaman sumber pangan lokal ini penting untuk menjaga ketersediaan pangan nasional. Terlebih, dengan adanya program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang mengharuskan Indonesia memiliki stok pangan yang cukup tanpa harus mengandalkan impor.

“Ini yang harus menjadi dasar untuk badan pangan nasional,” tegas Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini.

Maka dari itu, kementerian dan lembaga harus saling sinkron dalam upaya peningkatan stok pangan tanpa mengorbankan pangan lain.

“Papua itu, sagu cukup. Maka kemarin di pembahasan dengan pertanian, kita sempat diskusikan ada lahan yang dibuka, lahan baru yang dibuka yang juga di dalam lahan baru itu ada sagu yang juga diambil, atau dibabat,” jelasnya.

“Ini kan sebenarnya bisa diatur dengan baik, supaya mana saja lahan yang tanpa sagu dibersihkan untuk dijadikan sawah, ada lahan yang mungkin ada hidup sagu di sana bisa dikembangkan. Supaya ketersediaan pangan selain beras itu ada juga,” tambahnya.

Baca Juga :   Bendungan Mbay Di NTT, Presiden Harap Bisa Bantu Topang Produksi Beras

Edo pun memberikan catatan lainnya untuk Bapanas, yakni adanya keluhan dari masyarakat Merauke di Dapilnya, yang telah memiliki stok pangan cukup, namun malah didatangkan stok pangan lagi.

Hal itu berdampak pada meruginya masyarakat seperti rendahnya harga jual hasil panen masyarakat setempat, tidak laku dan akhirnya menjadi rusak.

“Tempat penyimpanan dan segala macam ini yang mungkin harus diperhatikan oleh baik pihak bulog, kementerian pertanian sendiri, maupun badan pangan nasional. Supaya waktu untuk mempersiapkan pangan itu, hal-hal itu diperhatikan,” pungkas Edo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.