Panennews.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggunakan inovasi data genomik dalam pemuliaan tanaman kelapa.
Peneliti Pusat Riset Rekayasa Genetika BRIN Andi Nadia Nurul Lathifa Hatta mengatakan, genomik tanaman merupakan analisis skala besar yang terkait dengan struktur dan fungsi genom.
Hal ini memungkinkan penemuan dinamika evolusi dan fungsional pada tanaman yang dapat membantu peneliti dalam pemuliaan tanaman.
Nadia menggunakan data genomik dalam penelitiannya, yang dimuat dalam jurnal berjudul “Mining and validating novel SSR markers based on coconut (Cocos nucifera L.) whole genome and their use for fhylogenetic analysis”.
Sequence-based markers atau marker molecular (penanda molekuler) dapat diperoleh dari data genomik. Marker molecular yang sering digunakan dalam pemuliaan tanaman di antaranya AFLP, SSR, SNP, dan ISSR.
Pada jurnal tersebut, dijelaskan bahwa data genomik dari tanaman kelapa menghasilkan keterangan mengenai total panjang seluruh kromosom, identifikasi tipe-tipe SSR, dan identifikasi mengenai total keseluruhan kromosom kelapa yang masing-masing kromosomnya dapat diidentifikasi lagi secara lebih detail.
“Dengan menggunakan marker molecular SSR, kita dapat melihat genotype dari individu-individu baik dari kelapa dalam, kelapa genjah, dan kelapa hibrida. Sehingga dapat diketahui individu yang heterozigot dan yang homozigot,” jelas Nadia, dalam Scientific Sharing Seminar, di Jakarta, Rabu (28/08/2024).
Lebih lanjut Nadia menjelaskan, manfaat dilakukannya penelitian pemuliaan tanaman terhadap kelapa secara keseluruhan, yaitu marka SSR yang berhasil mengidentifikasi genotype dari populasi 25 aksesi yang diuji, serta mengklusterkan populasi kelapa. Seluruh marka SSR kelapa yang tersedia telah dipetakan dalam kromosom melalui linkage map.
Informasi ini penting untuk pengembangan pemuliaan tanaman ke depannya, serta studi yang mengarah pada suatu sifat spesifik.
Selain itu, primer SSR dapat membantu mendukung pemuliaan kelapa, khususnya di Indonesia, dan untuk pemulia kelapa secara umum.
Menurut Nadia, pemuliaan tanaman yang biasa kita kenal sebagai konvensional breeding biasanya dilakukan dengan cross breeding, yaitu metode pemuliaan tanaman yang dilakukan dengan mengawinkan dua individu dengan karakter yang berbeda untuk menghasilkan anakan yang lebih baik.
“Meskipun pemuliaan secara konvensional breeding ini telah berhasil, namun pemuliaan secara lebih efisien dan lebih tepat sangat penting untuk dilakukan agar kita dapat memenuhi kebutuhan serta antisipasi perubahan iklim,” tutupnya.