Panennews.com – Suhu cuaca yang lebih dingin belakangan ini di Yogyakarta bahkan di Pulau Jawa memberikan dampak pada hewan ternak, berupa gejala klinis hingga kemungkinan timbulnya beberapa penyakit serius. Antisipasi pun harus dilakukan agar dampaknya tak serius pada ternak.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Suparmono menjelaskan, dampak yang umum cuaca dingin pada ternak antara lain nafsu minum yang berkurang. Ini berarti asupan air yang sedikit sehingga untuk proses fisiologis ternak dimungkinkan mengalami perubahan.
“Nafsu makan kemungkinan berkurang, karena ternak terutama unggas akan lebih bergerombol untuk mencapai suhu yang sesuai,” tuturnya, dikutip Senin (22/7/2024).
Dampak dari kedua hal itu memungkinkan stamina ternak akan mengalami penurunan sehingga memungkinkan masuknya beberapa penyakit misalnya Infectious Bronchitis pada unggas dan Bovine Ephemeral Fever (BEF) pada sapi.
“Dampak lainnya adalah penurunan produksi dan produktivitas terutama pada ternak unggas,” kata dia.
Terhadap fenomena alam tersebut, Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman melakukan sosialisasi untuk mengantisipasi munculnya dampak penurunan suhu lingkungan saat ini.
Menurutnya, sejumlah upaya bisa dilakukan untuk mengantisipasi hal itu seperti pemberian vitamin dan elektrolit.
“Pemberian beberapa vitamin, terutama Vitamin C dan E akan membantu menekan efek heat stres maupun cold stress. Elektrolit akan menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh terutama pada unggas,” Paparnya.
Suparmono melanjutkan beberapa sediaan vitamin dapat menjadi solusi yang menyediakan keduanya. Pada ternak besar seperti sapi, kerbau, maupun kuda, serta pada ternak kecil seperti kambing maupun domba, pemberian vitamin B Komplek dan beberapa suplemen lewat injeksi memungkinkan sebagai antisipasi terjadinya dampak penurunan suhu di kandang ternak.
Selain itu, ia berkata perlunya penyediaan thermometer ruangan, alat pemanas tambahan, pemasangan tirai, hingga perbaikan kualitas pakan.
“Perbaikan kualitas pakan ternak bila memungkinkan dilakukan untuk mendukung stamina ternak sehingga beberapa penyebab penyakit infeksius tidak mudah muncul,” ujarnya.
Tak kalah penting adalah perlunya menjaga kebersihan lingkungan kandang. Adanya timbunan limbah/kotoran ternak yang tidak diolah di lingkungan kandang sangat memungkinkan terjadinya infeksi sekunder sebagai dampak penurunan suhu lingkungan kandang.
Suparmono juga menyarankan adanya pengamatan secara cermat pada ternak sangat berpengaruh untuk deteksi dini munculnya perubahan kondisi kesehatan ternak.
“Koordinasi dan kerja sama dengan Pusat Kesehatan Hewan juga penting untuk tindakan prefentif bila gejala awal penyakit atau kelainan pada ternak mulai muncul,” tandasnya.