Panennews.com – Hingga kini, bawang merah dibudidayakan pada berbagai agro ekosistem mulai dataran rendah hingga dataran tinggi.
Dan sentra produksinya juga besar, terbanyak di Jawa Tengah dan juga di Jawa Timur yang mayoritas ada di dataran rendah.
Sedangkan sentra bawang merah yang ada di luar pulau Jawa berada di Sumatera yang mayoritas ada di dataran tinggi.
Hal itu dikatakan Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Puji Lestari.
Menurut Puji Lestari, komoditas bawang merah sangat signifikan dalam membantu perkembangan ekonomi di Indonesia termasuk sebagian besar di daerah, harganya juga memegang peranan penting”.
Hal ini disampaikan saat membuka webinar “Peran Teknologi Budidaya Spesifik Agroekosistem untuk Mendongkrak Produksi Bawang Merah di Dataran Tinggi”, pada Jumat (05/04/2024).
“Mengingat masih terdapat kesenjangan hasil antara produktivitas di tingkat petani dengan potensi hasil dari berbagai hasil penelitian, hal ini menjadi pekerjaan rumah kita semua termasuk yang ada di BRIN, sehingga harus mencari solusi dan inovasi yang bisa memberikan dampak positif terhadap peningkatan produktivitas bawang merah,” sambung Puji.
Dirinya mengatakan, tujuan utama penerapan inovasi teknologi spesifik lokasi adalah untuk meningkatkan hasil pertanian, mengurangi biaya produksi, mengurangi risiko kegagalan panen akibat gradien faktor lingkungan, stres abiotik dan biotik dan juga untuk mendukung pertanian berkelanjutan.
Sementara itu, Kepala Pusat Riset Hortikultura (PRH)-ORPP-BRIN, Dwinita Wikan Utami dalam sambutannya mengungkapkan, Bawang merah merupakan salah satu komoditas prioritas utama pada tanaman hortikultura.
Pasalnya, karena bawang merah memiliki kesesuaian atau adaptasi yang lebih luas, sehingga dia bisa mampu beradaptasi pada ekosistem dataran rendah atau dataran tinggi.
Namun demikian, masih terdapat senjang hasil yang cukup besar antara produktivitas saat ini di tingkat petani dibanding potensi hasil.
“Bawang merah juga merupakan salah satu penyumbang inflasi nasional yang tinggi di samping cabai merah, dan itulah sebabnya ketersediaan pasokan produksi bawang merah ini harus tetap kita jaga,”ujarnya.
Sementara itu, narasumber Atman yang merupakan Peneliti Ahli Utama, PRHP-ORPP-BRIN memaparkan materi mengenai “Teknologi Produksi Lipat Ganda (PROLIGA) Bawang Merah Spesifik Dataran Tinggi”.
Dalam paparannya dijelaskan bahwa bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran penting di Indonesia dan sangat sensitif terhadap inflasi.
Selain itu menjadi bumbu masak utama yang tidak dapat disubstitusi dengan komoditas lain sehingga harus tersedia sepanjang tahun.
Kebutuhan bawang merah di dunia cukup tinggi, meningkat hampir dua kali lipat dari 50 juta t (2000) menjadi 79,14 juta t (2010) dan 99,97 juta t (2019).
Produksi nasional yang lebih tinggi dari kebutuhan konsumsi, menjadikan Indonesia berpeluang untuk menjadikan bawang merah sebagai komoditas ekspor.
Pemerintah sudah menargetkan swasembada pada tahun 2024, tetapi di tahun 2016 pun target tersebut sudah tercapai.
Lebih jauh, Atman juga menjelaskan bahwa untuk menghasilkan produksi yang tinggi diperlukan adanya suatu teknologi dalam memanfaatkan biji sebagai sumber benih, seperti hal nya di ASEAN dan dunia yang menggunakan benih asal biji.
“Sumatera Barat, perkembangan produksi bawang merah cukup signifikan, prosentase perkembangannya sangat tinggi sehingga sudah menduduki level ke 3 di Indonesia, setelah Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur” tutupnya.