Panennews.com – Penjual janur kelapa mulai bermunculan di pasar tradisional Blora, Jawa Tengah menjelang Lebaran Ketupat atau tradisi kupatan 2024.
Sarmi, salah satu penjual janur di pasar tradisional Sido Makmur, asal Dukuh Pojok Desa Buluroto Kecamatan Blora, mengatakan menjual janur dilakukan mulai H+1 Idulfitri 1445 Hijriah. Tradisi Lebaran Ketupat dilakukan sebagian umat Muslim Blora setiap H+7 Idulfitri.
“Saya dapat kiriman janur kelapa dari Kebumen. Satu ikat berisi 50 helai janur harganya Rp20.000,00. Sedangkan satu ikat yang terdiri 10 helai janur harganya Rp5.000,00,” jelasnya, di pasar tradisional Sido Makmur Blora, Kamis (18/04/2024).
Selain menyediakan janur kelapa, ia juga menyediakan selongsong ketupat dan tali pengikat lepet serta buah kelapa tua untuk membuat santan sayur.
“Pembeli yang menghendaki selongsong ketupat yang sudah jadi saya sediakan, bahkan saya buatkan langsung, harganya Rp10.000,00 per 10 buah,” kata Sarmi.
Sementara itu Sukijan, penjual janur kelapa lainnya asal Kaliweden Blora, mengatakan aktivitas musiman dilakukan untuk menambah penghasilan keluarga.
“Ini sudah saya jalankan setiap tahun menjelang kupatan, jualan saya laris manis pada saat jelang lebaran ketupat” kata dia.
Sebagian warga Blora mulai berburu dan membeli janur kelapa baik di pasar tradisional maupun yang dijual keliling oleh pedagang.
“Setahun sekali, buat ketupat dan lepet dimakan bersama keluarga dan dibagikan ke saudara,” kata Siti, salah seorang warga Desa Gedongsari, Kecamatan Banjarejo.
Tidak hanya di pasar Sido Makmur Blora, penjual janur kelapa juga bermunculan di Pasar Desa Gedongsari, Pasar Jepon , Pasar Tradisional Banjarejo, Ngawen dan pasar tradisional lainnya di Kabupaten Blora.
Ketupat atau kupat dibuat dari beras, dinikmati dengan sayur kuah santan. Sedangkan lepet dibuat dari bahan ketan dicampur parutan kelapa dan beberapa ditambah kacang tholo.
Beberapa warga di pedesaan, pada pagi hari Lebaran Ketupat biasanya menggelar hajatan yang dipusatkan di rumah perangkat desa atau tokoh masyarakat.
Selain itu, beberapa warga Blora juga berwisata sambil membawa bekal ketupat dan lepet ke pantai seperti di pantai Kartini Rembang atau di pantai wilayah Kabupaten Jepara.
Istilah ketupat kerap digunakan untuk parikan pada acara tertentu, misalnya, kupat kecemplung santen, menawi kathah lepat nyuwun pangapunten (kupat dicelup kuah santan, kalau ada salah mohon dimaafkan).
“Itu menarik, bagian dari kearifan lokal, karena masih dalam suasana lebaran atau di bulan Syawal dan saling bermaafan,” ucap Mohammad Taufiqurrahman, peminat tradisi kupatan asal Kecamatan Randublatung, Blora.