Penyumbang Inflasi Di NTB Dari Beras Ke Cabai Rawit

oleh -23 views
Wahyudin
Kepala BPS NTB Wahyudin. (Panennews.com/Hernawardi)

Panennews.com – Komoditas beras tidak lagi menyumbang inflasi di NTB. Data BPS Prov NTB menyebut, selama November 2023 penyumbang inflasi justru disumbang cabai rawit, cabai merah, bawang merah, air kemasan, dan sawi hijau.

Kepala BPS NTB Wahyudin menkjelaskan, lima komoditas penyumbang terbesar tersebut di atas, dimana jumlah inflasi gabungan Kota Bima dan Kota Mataram berdasarkan kalender tahunan (yoy) pada November 2023 sebesar 2,92 persen.

Kota Mataram sebesar 2,96 persen dan Kota Bima 2.77 persen. Inflasi gabungan dua kota ini lebih tinggi dibandingkan nasional sebesar 2,86 persen.

”Terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 112,28 pada November 2022 menjadi 115,56 pada November 2023,” kata Wahyudin, Senin (04/12/2023).

Dikatakan, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan dengan kenaikan indeks pada sejumlah kelompok pengeluaran sebesar 0,34 persen. Dari 11 kelompok pengeluaran terdapat enam kelompok yang menyumbang inflasi.

Di antaranya kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,72 persen. Dalam kelompok ini, paling tinggi disumbang komoditas cabai merah, bawang merah, air kemasan, dan sawi hijau.

”Beras tidak lagi penyumbang inflasi terbesar, malahan cabai apakah karena musim hujan turun, cabai biasanya suka busuk,” tandasnya.

Baca Juga :   Gelar Pasar Murah Di Purbalingga, 5 Ton Beras SPHP Ludes Terjual

Kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran sebesar 0,18 persen. Dalam kelompok ini, inflasi disumbang komoditas bakso siap santap, mie, nasi dengan lauk, es, dan pelecing kangkung.

Kelompok Rekreasi, Olahraga, dan Budaya sebesar 0,14 persen. Dalam kelompok ini, inflasi disumbang oleh mainan anak.

Ditambahkan Wahyudin, lima komoditas penyumbang inflasi di Kota Mataram di antaranya cabai rawit sebesar 0,118 persen. Lalu bahan bakar rumah tangga 0,086 persen, cabai merah 0,083 persen, bawang merah 0,054 persen, dan emas perhiasan 0,039 persen.

”Tidak semua komoditas menyumbang inflasi, ada juga yang harganya turun seperti daging ayam ras,” tandasnya.

Di Kota Bima, lima komoditas penyumbang inflasi di antaranya beras 0,149 persen. Kemudian bahan bakar rumah tangga 0,129 persen, cabai rawit 0,082 persen, emas perhiasan 0,063 persen, dan tomat 0,059 persen.

”Beras di Bima mengalami kenaikan harga, karena beras penyangganya tidak ada. Kabupaten bima kecil dan hanya bisa panen pada bulan tertentu, itu pun kecil dan sedikit sehingga harga beras tetap naik,” ungkapnya.

Baca Juga :   Bazzar Ramadhan Di Bekasi, Promosikan Produk Olahan Ikan UMKM

”Beda dengan Kota Mataram, ada Lombok Barat dan Lombok Tengah sedang panen pada Oktober-November, sehingga bisa menyerap beras luar,” tandasnya.

Sebelumnya, selain beras dan gula, komoditas cabai rawit kini mengalami lonjakan yang cukup tinggi. Per kilogramnya kini dijual pedagang seharga Rp 80 ribu, bahkan ada yang lebih dari itu.

”Sudah sekitar sepekan naik lagi harganya,” ujar Inaq Aminah, salah satu pedagang di Pasar Mandalika, pekan lalu.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) NTB H Abdul Azis menyatakan, saat ini tengah terjadi gejolak harga cabai di pasar. Hal itu diduga lantaran kondisi stok yang ada di lapangan.

Selain itu, pelaku usaha diduga banyak yang menjual cabai ini ke luar NTB.

”Kenaikan harga cabai ini memang tidak bisa diprediksi,” kata Azis.

Dikatakan, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,18 persen. Dalam kelompok ini, inflasi disumbang komoditas bakso siap santap, mie, nasi dengan lauk, es, dan pelecing kangkung.

Kelompok Rekreasi, Olahraga, dan Budaya sebesar 0,14 persen. Dalam kelompok ini, inflasi disumbang oleh mainan anak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.