Panennews.com – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman terus mematangkan rencana peningkatan produksi padi di masa tanam I oktober 2023 – maret 2024.
Mentan kali ini meminta seluruh pejabat tinggi kementan turun ke lapangan melakukan pendataan dan mempersiapkan kebutuhan masa tanam.
“Tidak ada waktu hari libur. Saya minta dari hari jumat kemarin semua turun lapangan. Kumpulkan data calon petani dan lahan yang siap ditanami. Musim hujan sudah tiba. Tidak ada waktu lagi menunggu,” tegas Amran di Jakarta, Minggu (12/11/2023).
Selain itu, Amran juga menjelaskan kebutuhan data valid sangat penting untuk menunjang data dukung pengajuan anggaran tambahan 5,8 trillun yang akan diberikan oleh kementerian keuangan.
Lebih lanjut, data ini nantinya memastikan kesesuaian petani dan lahan terhadap kebutuhan benih, pupuk, alsintan serta kebutuhan teknis lainnya.
“Saya ingin semua sesuai dan tentu tetap cepat disiapkan. Anggaran tidak bisa menunggu tahun berganti karena musim tanam telah tiba. Bila tidak, akan jadi masalah dengan produksi beras kita. Kita ingin 2025 kita sudah tidak impor beras lagi,” tambahnya.
Menurutnya, 10 propinsi utama penghasil beras dan jagung perlu didukung dengan maksimal, agar potensi wilayah tersebut menjadi optimal.
Misalnya, wilayah yang sudah mampu tanam dua kali setahun perlu didorong mampu tiga kali dengan dukungan teknis yang memadai.
Oleh karena itu, Kementan telah mempersiapkan program Pengembangan Lahan produktif untuk meningkatkan produktivitas lahan rawa dan Indeks Pertanaman di wilayah tersebut.
Potensi saat ini sekitar 1,5 juta hektare lahan rawa, mulai dari rawa mineral hingga rawa tadah hujan, yang siap diolah untuk meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dan produksi Nasional.
“Kita berencana untuk mempercepat proses ini, Indonesia memiliki potensi luar biasa dengan sekitar 1,5 juta hektare lahan yang dapat kita garap. Fokus utama kita saat ini adalah meningkatkan produktivitas dan Indeks Pertanaman (IP) dengan lebih mudah,” kata Amran.
Untuk diketahui, luas Rawa di Indonesia sebesar 33, 4 juta Ha, terdiri atas rawa pasang surut 20,1 juta Ha (60%), rawa lebak seluas 13,3 juta Ha (40%).
Dari 33,4 juta Ha, baru 3,4% yang telah dikembangkan oleh pemerintah 1,8 juta Ha, dan oleh masyarakat 2,1 juta Ha.
Lebih jauh, sebagian besar daerah rawa berada dalam kawasan budidaya, dan sebagian lainnya berada di dalam kawasan lindung.