Bio Teknologi Modern, Solusi Jitu Hadapi Ancaman Krisis Pangan

oleh -24 views
download (22)
Foto : Dok. Kementan

Panennews.com – Bio teknologi modern diyakini bisa menjadi solusi dalam menghadapi tantangan dan ancaman krisis pangan dunia, termasuk Indonesia.

Karenanya, rekayasa genetika tanaman pangan dengan bioteknologi modern harus dikembangan demi mengantisipasi ancaman krisis pangan yang diprediksi akan memuncak mulai tahun 2050 mendatang.

Hal tersebut mengemuka dalam Focus Group Disccusion (FGD) yang digelar Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PPVTPP) Kementerian Pertanian, Jumat (03/11/2023).

Mengambil tema “Adopsi Bioteknologi Modern: Peluang dan Strategi Masa Depan Pangan”, FGD kali ini menghadirkan sejumlah pakar serta praktisi bidang bioteknologi modern.

Ketua Kelompok Pendaftaran Varietas Tanaman, Lutful Hakim mengatakan, kondisi ketahanan pangan kita saat ini sedang tidak baik-baik saja, stok pangan mulai menipis.

Baca Juga :   Kemenperin Genjot Target 6,1 Juta UMKM Go Digital

“Titik kritis utamanya adalah alih fungsi lahan dan produktivitas pangan khususnya padi cenderung stagnan. Dengan 278,70 juta jiwa penduduk Indonesia pada tahun 2023 dan akan mengalami peningkatan sekitar 2,26% pada tahun 2030 atau sekitar 285 juta jiwa, maka dibutuhkan sedikitnya 8 juta hektar lahan sawah untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional,” ujarnya.

Untuk itu, pemanfaatan bioteknologi modern sangat dibutuhkan dalam peningkatan produktivitas pangan.

Lutful Hakim menyebutkan, di tahun 2023 ini baru 10 jenis jenis tanaman pangan yang berhasil menggunakan bioteknologi modern, diantaranya tebu, kentang, dan jagung.

Maka itu perlu pengembangan berkelanjutan agar lebih banyak jenis varietas tanaman yang bisa berhasil dengan bioteknologi modern.

Baca Juga :   Kembangkan Usaha Green House, Pj Gubernur Kaltim : Inovasi Kuat Jaga Ketahanan Pangan

Sementara itu, Komisi Keamanan Hayati, Roy Sparringa mengatakan, kondisi ketahanan pangan dunia diperparah dengan hadirnya Covid-19. Banyak negara mengalami kelaparan kronis dan kerawanan gizi.

Di Indonesia sendiri, kata Roy, sekitar 95 persen penduduk masih kekurangan asupan buah dan sayur. Karenanya masalah kesehatan seperti obesitas dan stunting masih menjadi prioritas yang harus segera diatasi.

“Stunting memang mulai berkurang, tapi prevalansinya masih tinggi. Sebenarnya, bila bisa diaplikasi dengan maksimal, bioteknologi modern bisa menjadi solusi ketahanan pangan dan masalah gizi di Indonesia. Di negara lain seperti Vietnam dan Philipina bioteknologi modern sudah lebih berkembang,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.