Panennews.com – Teknologi pengolahan sampah organik menjadi eco enzyme diharapkan dapat memperbaiki kondisi lahan kekeringan akibat penggunaan pupuk kimia secara berlebihan.
Solusi tersebut ditawarkan Widia, Ketua Relawan Eco Enzyme Nusantara (EEN) Wilayah Jawa Tengah, pada acara Kopi Darat Relawan Eco Enzyme Nusantara (EEN) Wilayah Brebes, Jawa Tengah, di Aula Radio Singosari FM Brebes, Senin (09/10/2023).
“Bagaimana tanah kritis ini bisa ditangani dengan eco enzyme, karena salah satu bonus mengolah sampah organik menjadi eco enzyme dapat memperbaiki kualitas tanah kekeringan,” ungkapnya.
Upaya perbaikan lahan kritis kekeringan, imbuhnya, memerlukan koordinasi berbagai dinas terkait untuk penanganan lebih lanjut.
Selain itu, Widia juga berharap, komunitas EEN dapat bergandeng tangan dengan pemerintah, untuk menyosialisasikan praktik pembuatan eco enzyme.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Brebes, Andriyani berharap, komunitas pegiat EEN dapat mengedukasi masyarakat tentang kesadaran lingkungan.
Lebih lanjut, Andriyani menjelaskan, eco enzyme merupakan salah satu cara pengolahan sampah organik. Pembuatan eco enzyme dilakukan dengan rumus 1:3:10, yakni 1 bagian gula merah/molase, 3 bagian sampah organik (kulit buah/sayur yang tidak keras, tidak berlemak, tidak bergetah dan tidak busuk),
Kemudian juga 10 bagian air. Caranya, gula merah dimasukkan ke dalam air (60 persen dari volume wadah). Lalu, potongan-potongan sampah organik dimasukkan ke dalam larutan gula tersebut. Selanjutnya, wadah ditutup rapat dan dibiarkan selama tiga bulan, agar sampah dan larutan gula terfermentasi.
“Dengan membuat eco enzyme kita telah mengolah sampah organik dan berpartisipasi mengurangi beban TPA,” ujarnya.