Elnino Tanpa Berkesudahan, Petani di Lombok Barat Sedot Air dari Sumur

oleh -27 views
Seorang Petani di Lombok Barat sedang mengairi lahan pertaniannya
Seorang Petani di Lombok Barat sedang mengairi lahan pertaniannya (Panennews.com/H Wardi)

Panennews.com – Dampak el nino yang berkepanjangan saat ini sangat terasa bagi petani dan sangat terpukul atas ketersediaan air irigasi pertanian.

Seperti yang terjadi di Desa Lembar Utara, Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat (Lobar) pada umumnya, ditemukan banyak hamparan sawah ladang milik petani setempat hanya menyisakan debu, tanah pertanian banyak yang reta-retak karena sama sekali tak pernah tersentuh air. Adapun air irigasi pertanian yang diharap tidak bisa banyak membantu.

Sejumlah aliran air sungai sangat kecil di sana, bahkan kering, dan tidak bisa berharap terlalu banyak. Bendungan atau Dam Irigasi penampung air juga tidak tersedia di daerah yang lebih dikenal dengan kawasan pelabuhan laut ini.

Banyak petani yang tengah mengairi lahan pertanian miliknya yang tandus menggunakan sedotan air sumur dengan menggunakan mesin hanya sekedar untuk mengairi sawahnya.

Salah seorang warga Desa Lembar Utara, Amaq Rinamin (60), harus bersusah payah dari pagi hingga sore hari untuk mengairi lahannya sebanyak lima petak yang masih ditumbuhi jagung setinggi mata kaki orang dewasa.

Jika ini tidak dilakukan, akan berakibat fatal, dimana potensi layu dan kematian tanaman jagung akan sangat besar dan merugi. Ia menyebut merugi. Karena jika dibandingkan dengan harga bibit, pengolahan lahan produksi dan biaya tenaga kerja tidak sedikit harus dikeluarkan.

Baca Juga :   Libatkan Petani Muda, HIPMI Dukung Kementan Perkuat Produksi Pertanian

Petani yang hampir separuh hidupnya digunakannya untuk bertani ini juga menyebut, biaya pengisian BBM yang setiap harinya harus dikeluarkan hingga Rp 100 ribu.

Bisa dibayangkan, cukup besar biaya keseluruhan yang dihabiskan untuk pengairan saja dalam sebulan. Belum lagi Amaq Rianim harus berpikir untuk biaya perawatan pemupukan hingga pasca panen.

Amaq juga terpecah konsentrasinya untuk memperhatikan tanaman lain, seperti sayur-mayur, padi kacang-kacangan yang harus membutuhkan perhatian yang sama.

Amaq mengaku betapa susahnya petani saat ini menghadapi musim kemarau berkepanjangan yang hingga saat ini belum ada tanda-tanda hujan akan turun.

Meski demikian Amaq masih bersyukur karena ada harapan lain yang bisa jadi penopang kehidupannya bersama anggota keluarganya. Ia juga memelihara unggas dan dua ekor sapi untuk bisa bertahan hidup dan keperluan pendidikan bagi anak-anaknya.

Kesulitan air irigasi yang sama juga dialami Ramli, petani Kebon Reong, Desa Kuranji, Kecamatan Labuapi, Lombok Barat.

Rampi yang pernah lama sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) di negeri Jiran Malaysia ini terpaksa harus menaikkan air saban hari menggunakan mesin  untuk mengairi tanaman padinya yang baru berumur seminggu.

Baca Juga :   Harga Tomat Anjlok, Pemprov NTB dan Swasta Bahas Pengadaan Cold Storage

Pasalnya jika tidak diairi, potensi kerugian hingga gagal panen sudah pasti akan terjadi.

Ramli kesehariannya harus mengairi lahan padinya mulai dari pagi hari hingga sore hari. Beruntung sumur yang digalinya dengan kedalaman 12 meter masih banyak menyimpan air.

Jika malam hari hingga pagi air sumur bisa penuh, namun terkuras nyaris habis ketika digunakan untuk mengairi sawah.

Ramli juga mengaku tidak sedikit biaya yang dikeluarkan untuk memompa air hingga bisa mengairi tanamannya.

Menurutnya, rata-rata Rp 100 ribu lebih biaya yang digunakannya untuk membeli 10 liter bensin setiap harinya untuk bisa menaikkan air.

Ini sangatlah ironi dengan kondisi saat ini dimana banyak petani membutuhkan biaya ekstra untuk pengolahan produksi tanamannya. Dampak Elnino musim kemarau berkepanjangan saat ini makin menambah biaya yang harus dikeluarkan.

Sejumlah petani yang mengalami kekurangan air untuk irigasi saat ini berharap pemerintah bisa mencarikan solusinya agar kebutuhan air bagi petani tidak terlalu memberatkan seperti yang terjadi dan dialami kebanyakan para petani saat ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.