Panennews.com – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) meminta Pemerintah Vietnam membuka akses kerjasama di bidang pertanian berkelanjutan.
Adapun diantaranya yaitu membuka ekspor komoditas buah Indonesia seperti buah salak, manggis, mangga, buah naga, dan jeruk limau.
Selain buah, sejumlah komoditas perkebunan seperti cokelat, lada, pala, dan kayu manis juga diharapkan dapat masuk pasar Vietnam.
Menurut SYL, fasilitas ekspor buah Indonesia ke Vietnam perlu digencarkan mengingat pada tahun 2022 lalu terjadi penurunan tren ekspor sebesar 3 hingga 4 persen. Padahal produk buah tropis Indonesia memiliki kualitas yang sangat bagus jika dibandingkan negara lainnya.
“Dan tadi disampaikan bahwa Vietnam akan back up Indonesia secara penuh terhadap apapun tantangan yang dihadapi saat ini. Termasuk akses pasar ekspor komoditas buah Indonesia,” ujar Mentan SYL usai bertemu Menteri Pertanian Vietnam Le Minh Hoan di Kantor Pusat Kementan, Kamis (07/09/2023).
Menurut SYL, Indonesia sejatinya sudah memiliki kerjasama yang kuat dengan Pemerintah Vietnam. Salah satunya dengan MOU yang ditandatangani pada 27 Juni 2013. Namun pelaksanaan MOU tersebut belum berjalan dengan baik.
Oleh karena itu, SYL berharap ke depan Indonesia-Vietnam dapat segera melakukan pertemuan kelompok kerja teknis melalui Joint Commite on Agriculture Indonesia-Vietnam.
“Kolaborasi kedua negara diharapkan dapat membuahkan rencana kerja yang konkrit. Sekali lagi saya menyampaikan terimakasih dan juga apresiasi terhadap menteri pertanian Vietnam atas kerjasamanya selama ini,” katanya.
Sementara itu, Menteri Pertanian Vietnam, Le Minh Hoan menyampaikan terimakasih atas kolaborasi dan dukungan pemerintah Indonesia yang terjalin selama ini.
Le berjanji visi kedua negara akan saling memperkuat ekspor dan sama-sama mengantisipasi perubahan iklim yang melanda hampir semua negara.
“Kami juga sepakat akan melakukan pertukaran komoditas pangan. Anda tahu bahwa akhir-akhir ini kita memiliki terlalu banyak faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan di setiap negara, perubahan iklim, rantai pasok, dan hal-hal lain, jadi saya pikir kerjasama antara kedua negara penting untuk memperbaiki pasokan serta ketahanan pangan masing-masing negara,” katanya.