Ratusan Ribu Potensi Mangrove di NTB Jadi Daya Tarik Komoditas Komersial

oleh -22 views
ilustrasi mangrove
Ilustrasi Hutan Mangrove - Foto : Pexels

Panennews.com – Hutan mangrove selain fungsinya untuk menahan ancaman abrasi di pesisir pantai, juga dapat dijadikan sumber produksi oksigen (O2). Potensinya inilah yang menjadi daya tarik untuk dimanfaatkan sebagai komoditas komersil.

Data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi NTB menyebutkan, saat ini masih ada sekitar 400 ribu hektar hutan mangrove di NTB. Potensinya bearada di Gili Balu, Lombok Timur, Bima dan hutan mangrove yang dikelola oleh Pemprov NTB.

“Saat ini kita sedang memetakan luasan wilayah yang akan di approve (disetujui) oleh pihak ketiga. Sudah ada Perusahaan dari Surabaya yang akan memanfaatkan hutan mangrove di NTB,” tandas Kadis Kelautan dan Perikanan NTB, Muslim dihubungi sejumlah media, Senin (28/8/2023).

Baca Juga :   Penghasil Kayu Terbaik, Begini Cara Budidaya Pohon Mahoni

Ia menerangkan perusahaan asal Surabaya ini merupakan perusahaan yang menghasilkan emisi dari kegiatan usahanya. Mereka ingin melakukan kompensasi ekologi pada hutan mangrove di NTB. Mengingat potensi Sumber Daya Alam (SDA) di NTB cukup besar.

“Lokasi awal mereka minta di Teluk Bima, tapi belum jelas apakah jadi di sana atau ada lokasi yang lain,” katanya.

Menurut Muslim, selain dari perusahaan asal Surabaya ada juga yang melirik potensi hutan mangrove di NTB untuk pengelolaan O2. NTB saat ini tengah mencoba untuk melakukan pemetaan ditingkat bawah untuk memastikan pengelolaan potensi dari hutan mangrove ini. Mengingat, dalam pengelolaan O2 ini masih terbilang baru di Indonesia.

“Ada juga NGO internasional yang tertarik mangrove di Jerowaru Lombok Timur, nanti kerjasama dengan kelompok masyarakat,” kata Muslim.

Baca Juga :   Kecemcem, Kedondong Hutan Tropis Berkhasiat

Selain itu, Muslim melanjutkan, BUMN ICDX (Indonesia Commodity and Derivative Exchange) atau Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia telah berkomitmen mengembangkan pasar perdagangan karbon (carbon trading). Terutama sistem kredit karbon yang dihasilkan mangrove.

“Intinya ini untuk melestarikan mangrove berimplikasi pada nilai ekonomi. Makanya sedang kita dorong mekanismenya sambil menunggu peraturan turunan dari pusat,” ujar Muslim.

Indonesia sendiri diharapkan mampu menjadi paru-paru dunia dengan menyumbang 75 persen kredit karbon. Saat ini pemerintah sedang menggenjot penghutanan 2 juta hektar wilayah pesisir dengan penanaman mangrove.

Diketahui harga kredit karbon sendiri cukup tinggi bahkan Kanada baru-baru ini membanderol harga sebesar US$125 per-ton.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.