Cegah Inflasi Pangan, BI NTT Tanam Ribuan Benih Cabai di Kabupaten Kupang

oleh -70 views
Kepala BI Perwakilan NTT melakukan penanaman simbolis cabai
Kepala BI Perwakilan NTT melakukan penanaman simbolis cabai di Desa Baumata Timur, Kupang NTT (Panennews.com/Sony Taolin)

Panennews.com – Untuk menghambat laju inflasi, Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (BI) Provinsi NTT telah melaksanakan kegiatan tanam perdana menanam ribuan tanaman cabai di Desa Baumata Timur Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang. Program penanaman cabai itu dilakukan BI NTT dalam upaya mendukung Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), Rabu (2/8/2023).

Kegiatan itu mengusung tema “Sinergi dan Inovasi, Penerapan Teknologi Digital Farming Jinawi dan Tanam Perdana Cabai Untuk Mendukung Gerakan Nasional Pemgendali Inflasi Pangan”.

Dalam kegiatan tersebut Donny Heatubuan mengatakan BI NTT terus melakukan akselerasi program pengendalian inflasi pangan yang di dorong melalui penguatan sinergi GNPIP di berbagai wilayah, termasuk di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Menurutnya, BI bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di wilayah NTT sudah menunjukkan komitmen tersebut melalui gelaran GNPIP NTT pada 15 Juli 2023 di Kabupaten Sumba Timur bersama Gubernur NTT dan 22 Bupati/walikota se-NTT.

“Sinergi GNPIP di Provinsi NTT bertujuan untuk mengambil langkah-langkah strategis pengendalian inflasi dari sisi supply, agar lebih integratif, massif, terstruktur dengan melibatkan banyak pihak dan berdampak nasional dalam pengendalian harga,” ujarnya.

Selain itu juga, Dony menambahkan melalui Kerjasama Antar Daerah (KAD), Digital Farming dan inovasi lainnya dalam bidang pertanian serta komunikasi untuk menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi di wilayah Provinsi NTT.

Baca Juga :   Beras Merangkak Naik, Pj Gubernur NTB Diminta Atensi

“Kita melakukan penanaman perdana cabai pada lahan GS Organik II. Ini sebagai salah satu lahan contoh penerapan digital farming di sisi hulu, dengan menggunakan alat Jinawi, yaitu teknologi digital farming yang berbasiskan IoT (Internet of Things) sebagai alat pengukur Ph tanah dan penyedia informasi presisi terkait kebutuhan pupuk NPK,” kata Donny.

Donny mengharapkan dari penerapan alat digital farming ini agar, terjadi peningkatan baik di sisi hulu maupun hilir.

Pada sisi hulu, menurut dia penerapan digital farming dapat meningkatkan produktivitas dan meningkatkan efisiensi biaya produksi. Sementara di sisi hilir, dapat meningkatkan akses pemasaran dan memberikan nilai tambah terhadap komoditas cabai itu sendiri.

“Dampak lainnya dari penerapan alat digital farming ini dapat menjadi role model bagi para pelaku usaha tani, para siswa dari Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian dan mahasiswa yang sedang melakukan praktik kerja lapangan, khususnya yang melakukan praktik lapangan di GS Organik ,” jelas Donny.

Baca Juga :   BI Sebut, Survei Konsumen Oktober 2023 Optimisme Konsumen Bali Terus Meningkat

Disampaikannya bahwa, menurut laporan BPS pada Juli 2023, Struktur Ekonomi NTT pada triwulan I-2023 masih didominasi oleh lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan kontribusi sebesar 29,97 persen.

Karena itu, menurut dia apabila permintaan masyarakat akan pangan semakin meningkat, petani atau pelaku usaha perlu memastikan ketersediaan komoditas pangan strategis, diantaranya cabai, daging sapi, beras, bawang merah, bawang putih, daging ayam ras dengan cara lebih efisien dan berkelanjutan

Dengan demikian, lanjut Donny, inflasi yang disebabkan oleh komoditas pangan strategis tetap terkendali sesuai sasarannya yakni dikisaran 3+-1 persen pada tahun 2023.

“Inflasi yang stabil dan terkendali merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan Masyarakat. Karena jika tidak terkendali dan tidak stabil akan memberikan berbagai dampak negatif” jelasnya.

Dia mengharapkan penerapan teknologi digital farming dengan menggunakan alat Jinawi pada GS-Organik ini, dapat membantu produktivitas cabai yang akan ditanam dan dirawat serta dapat menjadi penyemangat berbagai pihak.

“Kami juga berharap, GS-Organik tetap menjaga komitmen dan semangat sehingga penerapan alat ini dapat direplikasi secara luas di seluruh Provinsi NTT,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.