Pemerintah Antisipasi Dampak El Nino Untuk Ketahanan Pangan

oleh -40 views
presidenri.go.id-02012023162218-63b2a24aeab237.09264669
Foto : BPMI Setpres

Panennews.com – Presiden Joko Widodo memimpin rapat terbatas bersama sejumlah jajarannya untuk membahas antisipasi dan kesiapan dalam menghadapi ancaman fenomena iklim El Nino untuk ketahanan pangan di Istana Merdeka, Jakarta, pada Selasa (18/07/2023).

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, dalam keterangannya selepas ratas memprediksi ancaman El Nino akan mengalami puncak pada Agustus-September.

“Diprediksi El Nino ini intensitasnya lemah hingga moderat sehingga dikhawatirkan akan berdampak pada ketersediaan air atau kekeringan, juga produktivitas pangan, atau berdampak pada ketahanan pangan,” ujar Dwikorita.

Untuk menghadapi fenomena El Nino tersebut, pemerintah telah berkoordinasi dan melakukan sejumlah langkah antisipasi sejak bulan Februari-April dan akan terus diperkuat.

Baca Juga :   2.500 UMKM Perikanan Makin Berdaya Saing Berkat Tenaga Pendamping Usaha KKP

Lebih lanjut, Dwikorita menjelaskan bahwa meskipun saat ini Indonesia sudah masuk musim kemarau, tetapi potensi terjadinya bencana hidrometeorologi atau banjir itu masih tetap ada.

“Karena wilayah Indonesia ini dipengaruhi oleh dua samudera dan juga topografinya yang bergunung-gunung di khatulistiwa, masih tetap ada kemungkinan satu wilayah mengalami kekeringan, tetangganya mengalami banjir atau bencana hidrometeorologi. Artinya bukan berarti seluruhnya serempak kering, ada di sela-sela itu yang juga mengalami bencana hidrometeorologi basah,” jelasnya.

Oleh karena itu, pemerintah melalui BMKG mengimbau masyarakat untuk melakukan sejumlah hal dalam menghadapi fenomena iklim El Nino. Langkah-langkah tersebut antara lain terus menjaga lingkungan, mengatur tata kelola air, hingga beradaptasi terhadap pola tanam.

Baca Juga :   DPR RI Minta Pemerintah Fokus Benahi Ketahanan Pangan Dalam Negeri

“Juga terus memonitor perkembangan informasi cuaca dan iklim yang sangat dinamis dari waktu ke waktu dari BMKG,” tandasnya.

Untuk diketahui, El Nino merupakan fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.

Lebih jauh, pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Singkatnya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.