Emping Menes Dongkrak Pendapatan Ibu-Ibu Rumahan

oleh -203 views
Eliyah
Eliyah, Pengusaha Emping Asal Menes Kabupaten Pandeglang - Foto : Panen News

Panennews.com – Berbicara mengenai emping dan keceprek tidak lepas dari wilayah Menes yang berada di Kabupaten Pandeglang. Di sana industri rumahan emping berkembang dengan tenaga kerja sebagian besar adalah ibu-ibu rumah tangga. Salah satunya yaitu Eliyah (65) yang telah menggeluti usaha emping rumahan sejak tahun 2000.

Di temui dikediamannya yang berada di Desa Tegal Wangi, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, ia menjelaskan bahwa usaha yang ditekuni selama ini yaitu emping dan keceprek.

“Saya memulai usaha ini dari tahun 2000 sampai sekarang” ujarnya.

Eliyah tidak sendirian, ia mengaku dibantu dengan sekitar 30 karyawan yang sebagian besar tetangga dan ibu-ibu disekitar rumahnya. Setiap hari, Eliyah dan ibu-ibu tersebut memulai aktivitasnya dari pagi hingga siang hari.

Baca Juga :   Genjot Ekspor Kopi, Indonesia Terus Aktif di Forum Perdagangan Internasional

“Ibu-ibu dari pagi sudah menumbuk emping dan keceprek di rumah saya, semuanya ibu-ibu rumahan” jelasnya.

Proses pembuatan emping dan keceprek, lanjut Eliyah, dimulai dari bahan baku melinjo yang masih terdapat kulit maupun yang sudah terkelupas. Kemudian di sangrai, jemur, dan masuk ke proses penggorengan.

Eliyah sendiri menjual emping yang masih mentah berkisar Rp. 50.000/kg. Sedangkan untuk keceprek matang yang sudah dikemas dibanderol dengan harga Rp. 55.000/kg.

Eliyah melanjutkan bahwa dari masing-masing pekerja dapat memproduksi emping maupun keceprek sampai dengan 10 kg/hari. Sehingga kebutuhan produksi di rumahnya dapat mencapai sekitar 2 ton/bulan bahan baku emping dan keceprek.

Baca Juga :   Pentingnya SNI Produk, Dorong UMKM Bernilai Jual Tinggi

“Produksinya satu orang sehari  bisa sampai 8 kg untuk emping, kalau keceprek bisa sampai 9 kg, dari pagi sampai jam satu siang” terang Eliyah.

Eliyah tak menampik bahwa usahanya ini cukup membantu pendapatan ibu-ibu di sekitar rumahnya. Ia mengaku dari bekerja produksi emping ini, ibu-ibu tetangganya tersebut dapat membantu perekonomian keluarga.

“Bahkan untuk biaya sekolah juga dari emping” kata Eliyah.

Eliyah mengaku sangat bersyukur usaha empingnya masih tetap berjalan di masa pandemi seperti ini. Konsumen yang datang dari berbagai kota seperti Bandung dan Jakarta sehingga masih bisa mendapatkan omzet puluhan juta per-bulan.

“Omzet usaha saya ini sekitar Rp. 50 juta per-bulan” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.