Panennews.com – Nama kopi Lampung tak diragukan lagi memiliki tempat tersendiri di kalangan pecinta kopi. Lampung dikenal sebagai salah satu daerah penghasil kopi terbaik di Indonesia. Tidak saja bagi tetangganya, bahkan sampai ke Aljazair. Gubernur Provinsi Bouira di Aljazair. Ia datang ke Lampung untuk melihat kopi khas tanah ini.
Secara umum ada banyak jenis kopi yang menyebar di belahan dunia, di antaranya arabica dan robusta. Meski ada sedikit arabica, jenis biji kopi Lampung yang masyhur ialah robusta. Robusta terasa lebih pahit dan berbeda dengan arabica yang lebih asam. Kopi robusta Lampung sendiri dikatakan memiliki ciri khas pada tingkat kepahitannya yang unik dibanding robusta lain. Konon lagi jika disajikan dengan tepat, kopi robusta Lampung akan terasa jauh lebih nikmat.
Kondisi alam dan tanah yang ada di Lampung dianggap menjadi sebab kopi robusta dapat tumbuh dengan baik. Secara teori ia diketahui dapat tumbuh maksimal di daerah ketinggian 300-900 M di atas permukaan laut. Dan perkebunan kopi Lampung berada di ketinggian yang sama. Selain lebih mudah pemeliharaannya dibanding arabika, robusta juga dikatakan lebih tahan terhadap cuaca dan hama penyakit. Ia akan tumbuh semakin lebat dalam cuaca panas.
Perawatan terhadap tanaman kopi juga membutuhkan kejelian. Pemberian pupuk sangat berpengaruh pada hasil kopi yang baik dan berkualitas. Ia minimal dipupuk tiga kali dalam setahun. Atau jika menginginkan kualitas yang lebih baik, pupuk harus diberikan empat tahun sekali, yakni bulan November, Maret, Mei, dan Agustus. Bulan November, Maret, dan Mei, tanaman kopi diberi pupuk kimia. Sedangkan di bulan Agustus ia diberi pupuk organik.
Kini sebagian besar perkebunan kopi Lampung tersebar di daerah dataran tinggi di wilayah Lampung Tengah, Lampung Barat, dan Tanggamus. Masing-masing tercatat sebagai perkebunan rakyat.
Sejarah Kopi Dunia
Istilah kopi secara etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu qahwah yang berarti kekuatan. Dari kata itu ia kemudian menyebar ke Turki dengan sebutan kahveh. Ia berkembang lagi menjadi koffie dalam bahasa Belanda dan akhirnya coffee dalam bahasa Inggris. Kata yang terakhir inilah yang akhirnya terserap ke dalam bahasa Melayu menjadi kopi.