Teknologi Merupakan Kunci Masa Depan Pertanian

oleh -110 views
menteri pertanian Amran
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman - Foto : Mentan

Panennews.com – Kementrian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (Balitbangtan) dan jajarannya terus melakuakan terobosan dan inovasi teknologi di bidang pertanian yang dapat dimanfaatkan petani guna menunjang kesejahteraannya.

Hal ini dipaparkan oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam Launching Produk Inovasi Balitbangtan, di Kampus Pertanian, Bogor, Kamis (22/8/19). 

“Masa depan pertanian ada di Balitbangtan. Kalau ingin berkompetisi dengan negara lain, harus menguasai teknologi. Inovasi baru harus terus muncul. Para pakar, doktor, dan profesor harus bisa menghasilkan inovasi yang bisa dimanfaatkan oleh petani dan masyarakat” ungkapnya.

Lebih lanjut Amran mengapresiasi atas beberapa inovasi yang dilakukan oleh Balitbangtan diantaranya sapi belgian blue. Jenis sapi ini merupakan inovasi dari Kementerian Pertanian yang dapat dikatakan sebagai jenis baru di Indonesia dan diharapkan dapat menjadi bibit unggul bagi pemenuhan kebutuhan daging nasional di masa mendatang.

Sesuai tema “Membumikan Riset Pertanian di Indonesia” yang diusung pada kegiatan launching ini, Amran menyebutkan bahwa penelitian-penelitian tidak hanya sekedar menjadi makalah dan buku, tapi harus menghasilkan teknologi yang dapat dirasakan manfaatnya masyarakat. Bahkan penguasaan dan kontribusi teknologi inovatif dapat turut mewujudkan Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia 2045.

“Sejumlah teknologi inovatif terkini yang kami launching pagi ini diarahkan menjawab tantangan pertanian global dan nasional terkait peningkatan produktivitas dan akselerasi ekspor pertanian,” sebut Amran. 

Baca Juga :   Berbasis OVOV, 1000 Kampung Hortikultura Fokus Pada Ekonomi Skala Luas

Untuk mendukung upaya menghasilkan teknologi yang tepat guna bagi petani,  selama lima tahun terakhir, Kementan telah melakukan refocusing anggaran. Amran menyebutkan anggaran Kementan saat ini difokuskan untuk kebijakan dan program pemberdayaan petani. Melalui refocusing anggaran ini, diharapkan pula teknologi pertanian yang dihasilkan dapat lebih menyentuh petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian. 

“Meskipun anggaran Kementan menurun, tapi hal tersebut tidak lantas membuat capaian pembangunan pertanian menurun. Justru PDB (Produk Domestik Bruto.red) Pertanian terus meningkat,” tandasnya.

PDB Pertanian pada akhir tahun 2014 hanya mencapai Rp880,40 triliun, namun kemudian meningkat secara signifikan setiap tahunnya, yaitu mencapai Rp 906,80 triliun (2015), Rp 936,40 trilliun (2016), Rp 969,80 triliun (2017), dan kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2018 yang mencapai Rp1.005,40 triliun.

Hilirisasi Produk Teknologi Pertanian

Dalam rangkaian acara launching ini, dilaksanakan pula penandatangan MoU, Perjanjian Kerja Sama dan Lisensi, serta Penyerahan Royalti tahun 2019 sebesar Rp 8.461.059.919. kerjasama alih teknologi secara komersial melalui lisensi ini dilakukan guna mempercepat pemanfaatan hasil riset yang telah dihasilkan oleh para peneliti Balitbangtan. 

Baca Juga :   Peringati Hari Kemerdekaan, Presiden Lepas Ekspor Pertanian ke 61 Negara secara Virtual

“Diharapkan, ke depan, akan semakin banyak inovasi Balitbangtan yang dilisensi oleh mitra industri,” ungkap Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry saat memberikan sambutan. 

Dalam kegiatan ini, Balitbangtan melaunching sejumlah produk inovasi yang dibagi ke dalam kelompok besar, yaitu produk litbang nanoteknologi, biofortifikasi, dan bioteknologi.

Salah satu produk nanoteknologi yang diluncurkan adalah kemasan ramah lingkungan Bioplastik Nanoselulosa Limbah Pertanian dan Biodegradable Foam atau disingkat Biofoam. Keunggulan dari bioplastik ini adalah mudah terurai secara alami yaitu butuh waktu 60 hari. 

“Penggunaan limbah pertanian sebagai bahan baku bioplastik nanoselulosa mampu mengurangi pencemaran akibat limbah yang tidak tertangani dengan baik,” terang Fadjry. 

Sementara untuk kelompok biofortifikasi, salah satu produk yang diluncurkan kedelai Biosoy yang merupakan hasil bioteknologi. 

“Kedelai biosoy memiliki ukuran biji besar dan hasil tinggi. Ukuran biji ini mirip dengan biji kedelai impor yang berbobot sekitar 20 gram per 100 biji,” kata Fadjry.

Kedelai Biosoy juga memiliki produktivitas 14-18% lebih tinggi dibanding varietas yang dilepas sebelumnya. Produksi benih Biosoy terus diperbanyak dan sudah mulai didistribusikan ke petani-petani di Indonesia. Keberhasilan pengembangan kedelai Biosoy, diharapkan Fadjry dapat berdampak terhadap peningkatan produksi nasional kedelai menuju swadembada kedelai dan penghematan devisa nasional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.