Panennews.com – Pasar biji kopi di NTB tetap terbuka lebar. Bahkan karena biji kopi sudah diekspor ke mancanegara, maka stok kopi di dalam daerah sering terbatas sehingga memicu harga yang lebih tinggi.
Karena itulah pelaku usaha kopi di NTB mengajak para petani perkebunan untuk menanam, memperluas atau memperbaharui tanaman kopinya agar lebih produktif.
Sekretaris Asosiasi Kopi Indonesia (ASKI) Provinsi NTB H.M Huzaini Areka mengatakan, secara umum biji kopi di NTB masih terbatas karena banyaknya pesanan dari pelaku usaha dan konsumen.
Seringkali tidak imbang antara permintaan dan stok yang tersedia di pasar. Sehingga pernah harga biji kopi mencapai Rp250 ribu per kg untuk biji mentah.
“Petani kopi kita di NTB masih kurang padahal lahan untuk melakukan penanaman masih luas. Tanaman kopi bisa di seluruh daerah di NTB kecuali di Kota Mataram karena tak ada lahan,” ujar Areka, Jumat (03/01/2025).
Menurutnya, kopi arabika maupun robusta sangat potensial ditanam di sejumlah kawasan, misalnya di Lombok Utara. Terlebih tanaman kopi sangat bagus di daerah ketinggian.
Di daerah Santong, Senaru dan beberapa lokasi lainnya sangat cocok untuk diperluas areal penanaman kopinya.
“Saran kami, petani gaspol saja. Tak ada ruginya menanam kopi. Dalam jangka dua tahun saja, kopi sudah bisa berbuah, tergantung bibitnya,” tuturnya.
Ia sendiri biasa mengambil biji kopi di beberapa tempat yang terkenal dengan cita rasa khasnya baik di Lombok maupun Sumbawa seperti di Rempek, Bayan, Senaru, Santong, Batulkliang, Narmada, Lingsar, Kumbi, Sajang, Sembalun, Suela, Sapit, Rarak Ronges, Tepal, Batu Rotok, Punik, Tambora hingga di Oi Bura Kabupaten Bima.
Owner Kopi Rinbo ini mengajak Gubernur NTB terpilih Lalu Muhammad Iqbal untuk berdiskusi mengenai pertanian kopi NTB di masa depan. Lokasinya bisa di Pojok Kopi sambil melihat secara langsung aktivitas usaha produk lokal di NTB Mall yang terletak di kompleks Islamic Center.
Terlebih gubernur terpilih memiliki misi besar untuk membawa NTB mendunia. Tentu salah satu produk dari NTB yang sedang mendunia adalah tanaman kopi.
Pihaknya menginginkan agar pemerintah kedepan memberi intervensi pada pertanian dan pengolahan kopi di NTB. Sebab salah satu kendalanya yaitu finishing atau sentuhan akhir yang masih kurang.
Jika aspek hilirnya ini sudah diperbaiki, maka kopi khas NTB tak kalah dengan nama-nama besar yang sudah lebih dulu tersohor seperti kopi Gayo, Kintamani, Toraja, Sidikalang dan lainnya.