Panennews.com – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) memperkuat kerja sama dengan pemerintah New Zealand.
Adapun itu untuk memulihkan sektor persusuan nasional pasca-wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang berdampak pada penurunan produksi susu dalam negeri sejak 2022.
Kolaborasi ini diharapkan dapat menutup kesenjangan produksi susu di Indonesia, di mana produksi lokal saat ini hanya mampu memenuhi 21% kebutuhan nasional.
Kunjungan delegasi New Zealand, termasuk perwakilan dari Kementerian Industri Primer (MPI), Kedutaan Besar New Zealand, dan akademisi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), berlangsung di Kantor Kementan.
Plt. Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Ditjen PKH, Sintong HMT Hutasoit, saat dikonfirmasi terpisah, menegaskan bahwa langkah awal kerja sama ini menjadi tonggak penting untuk meningkatkan kapasitas produksi nasional di sektor daging, susu, dan telur.
“Untuk daging ayam dan telur, kita sudah mencukupi kebutuhan dalam negeri. Namun, produksi daging sapi dan susu masih membutuhkan peningkatan. Defisit produksi daging sapi mencapai 0,40 juta ton (52%) dan susu sebesar 3,7 juta ton (79%) dari kebutuhan nasional,” ujarnya, Kamis (07/11/2024).
Lebih lanjut, Sintong menambahkan bahwa program pelatihan yang akan diselenggarakan pada 2025 ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan peternak lokal dan memperkenalkan praktik-praktik peternakan yang lebih modern.
“Pelatihan ini sangat dibutuhkan agar peternak dapat mengoptimalkan produktivitas sapi perah serta meningkatkan kualitas susu. Dengan demikian, kita bisa mengurangi ketergantungan pada impor,” tegas Sintong.
Sementara itu, Manajer Pengembangan Susu dari New Zealand, Jason Schrier, menyampaikan bahwa kolaborasi ini juga melibatkan transfer teknologi genetika dan penerapan Good Farming Practices (GFP) untuk menambah nilai produk susu di Indonesia.
“New Zealand akan berbagi pengalaman dalam pengembangan genetik sapi perah melalui teknologi semen dan embrio unggul. Kami berharap ini dapat mempercepat peningkatan produktivitas susu di Indonesia,” jelas Jason.
Dalam kemitraan ini, sejumlah inisiatif akan diterapkan, seperti peningkatan mutu genetik sapi perah, produksi semen dan embrio unggul, praktik peternakan yang baik, produksi sapi perah organik di BBPTUHPT Baturraden, dan peningkatan pelacakan data produksi susu. Penyediaan ternak juga akan ditingkatkan untuk memperkuat pemulihan pasca-wabah PMK.
Adapun Kementan optimis bahwa kolaborasi dengan New Zealand ini akan memperkuat industri persusuan nasional sehingga dapat mendukung program Makan Bergizi Gratis dan meningkatkan kesejahteraan peternak lokal.
Kemitraan ini merupakan bagian dari target jangka panjang dalam mencapai ketahanan pangan nasional menuju Indonesia Emas 2045.