Panennews.com – Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai pusat pendidikan tinggi memiliki pasar pangan yang sangat potensial.
Adapun hal itu sehingga menjadikannya tempat yang strategis untuk pengembangan industri pangan berbasis hewani. Sinergi antara perguruan tinggi, lembaga riset, dan industri di Yogyakarta dapat menjadi kunci untuk memaksimalkan potensi ini.
Beberapa skema pendanaan juga memerlukan syarat konsorsium yang kolaboratif antara triple helix (industri, universitas dan lembaga pemerintah).
Oleh karena itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional melalui Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan (PRTPP) bekerja sama dengan Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada dalam riset pangan berbasis hewani.
“Kolaborasi yang sudah terjalin cukup lama memungkinkan terjadinya pertukaran pengetahuan, teknologi, dan sumber daya yang lebih efektif. Sharing facility membuka jalan bagi kolaborasi yang lebih erat, memungkinkan untuk menghasilkan publikasi berkualitas secara bersama-sama,” ungkap Kepala PRTPP BRIN, Satriyo Krido Wahono saat penandatangan kerja sama di Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Rabu (21/08/2024).
Sementara itu, Periset PRTPP Teguh Wahyono menyebut pengembangan proses dan teknologi pangan berbasis hewani ini bertujuan mendukung program kedaulatan pangan nasional.
“Kebaruan riset dalam bentuk produk, teknologi, maupun metodologi sedang proses dikerjakan, sehingga baru dapat dipublikasikan setelah ada pendaftaran kekayaan intelektual maupun keluaran publikasi ilmiah,” jelasnya.
Adanya kolaborasi antar universitas dan lembaga riset ini membuka peluang besar bagi para pelaku industri untuk berinovasi dan menciptakan produk-produk baru yang lebih berkualitas dan beragam.
“Kolaborasi triple helix diharapkan dapat meningkatkan kualitas riset, kualitas produk, serta efisiensi sumber daya yang dimiliki,” papar Teguh.
Kerja sama riset pangan berbasis hewani yang mencakup produk daging, susu, telur, madu, kolagen dan gelatin ini akan dipalikasikan melalui pendanaan bersama, pengajuan kekayaan intelektual bersama, pembimbingan mahasiswa bersama, dan publikasi ilmiah bersama.
Dalam praktiknya menurut Teguh, pengembangan industri pangan berbasis hewani di Yogyakarta juga menghadapi beberapa tantangan seperti keterbatasan fasilitas dan pendanaan.
“Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan dukungan dari pemerintah, baik dalam bentuk kebijakan yang mendukung, maupun penyediaan fasilitas riset yang memadai,” ujarnya.
Melalui kolaborasi yang kuat, ia berharap Yogyakarta dapat menjadi pusat unggulan dalam pengembangan produk pangan berbasis hewani yang bernilai tambah tinggi, sekaligus memberikan kontribusi nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ketahanan pangan nasional.