Panennews.com – Guna mewujudkan kolaborasi ekonomi masyarakat pada kelompok tani urban farming dengan pelestarian lingkungan dan upaya ketahanan pangan.
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) atau Abdimas mengadakan kegiatan pelatihan budidaya Ikan Zebra Fish, di Kampung Sayur Ondomohen Magersari Gang V, Ketabang, Kec. Genteng, Kota Surabaya.
Kegiatan PKM UWKS yang berlangsung selama enam bulan dari Juli hingga Desember 2024 tersebut, berjudul ‘Penerapan Pakan Ikan Penguat Imunitas (PI) dan Tata Kelola Sampah Organik pada Budidaya Fish Zebra dan Budidaya Magot Sebagai Kolaborasi Ekonomi pada Kelompok Petani Urban Farming Kampung Sayur Ondomohen Surabaya’.
Artinya, selain budidaya ikan zebra fish, di kampung ini juga diadakan pelatihan pembuatan pelet pakan ikan dari magot, dan budidaya tanaman herbal.
Pembukaan kegiatan, ditandai dengan serah terima mesin pembuat pelet ikan dari magot oleh Ketua Tim Abdimas UWKS, Dr Rondius Solfaine, kepada Kader Kampung Sayur Ondomohen Surabaya, Mus Mulyono di Balai Pertemuan Kampung Oase Ondomohen Surabaya.
Saat ditemui, Ketua Tim Abdimas UWKS, Dr Rondius Solfaine menyampaikan, PKM di Kampung Sayur Ondomohen Surabaya ini didukung oleh Kemendikbudristek RI melalui para dosen di UWKS.
“Kami salah satu tim yang ditugaskan untuk melakukan pengabdian di kampung ini. Jadi, program ini memiliki tiga titik fokus, yang utama adalah budidaya ikan zebrafish, kedua pembuatan pelet pakan menggunakan bahan baku magot, dan ketiga tata laksana budidaya tanaman obat herbal dan tata keolah sampah organik. Memang programnya memiliki ketebatasan waktu, hanya sampai bulan Desember kami harus melaporkan ke Kemendikbudristek RI,” jelas Rondius, Rabu (14/08/2024).
Meski hanya sampai Desember, Rondius mengatakan, pihaknya berharap penerapan program PKM di Kampung Sayur Ondomohen Surabaya ini akan terus berlanjut.
“Karena akan banyak tim-tim lain yang akan meneruskan ataupun mahasiswa-mahasiswa yang akan terus belajar di sini dan sebetulnya yang belajar itu kami. Di kampung-kampung percontohan yang sudah banyak menyerap ilmu dari praktisi maupun dari program tinggi, kami hanya meneruskan saja. Program-program yang sesuai dengan kondisi di lapangan terutama yang dibutuhkan oleh masyarakat,” terang Rondius.