Panennews.com – Sejumlah sungai di Yogyakarta mulai tercemar dan kualitas udaranya juga mulai memburuk. Namun kondisi ini belum menjadi perhatian warga karena tak ada rasa memiliki terhadap lingkungannya.
Hal itu mengemuka dalam diskusi “Melihat Lebih Dalam: Big Data Ungkap Dampak Sampah terhadap Kualitas Udara dan Air” di kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Jumat (12/7/2024).
Fandy Arrifqi, peneliti lembaga Pares Indonesia yang meneliti persoalan udara dan air di DIY menyatakan, berdasarkan ambang baku mutunya secara harian, tiga sungai di Yogyakarta Ia tergolong sebagai sungai tercemar.
Ia menyampaikan sejak Yogyakarta mengalami masalah sampah, kualitas air dan udara turut terdampak. Untuk kondisi air, pencemaran turut disumbang ulah sebagian masyarakat yang membuang sampah ke sungai.
“Warga Yogyakarta tidak peduli pada pencemaran air karena selama ini tak menjadikan sungai sebagai sumber air minum. Jadi tidak ada sense of belonging (rasa memiliki),” tandasnya.
Saat ini, menurut Fandy, masalah pengelolaan sampah menjadi fokus warga. Padahal masalah tata kelola sampah ini turut menurunkan kualitas air dan udara.
“Kualitas udara dan air terus memburuk, tapi belum menjadi perhatian di DIY,” ujarnya.
Adapun pemerintah belum melakukan komunikasi yang baik terkait isu pencemaran air dan udara, terutama di media sosial di mana isu ini kerap mencuat.
“Tidak ada juga mekanisme pelaporan yang jelas terkait isu pencemaran air dan udara,” katanya.