Panennews.com – Siapa yang tak kenal Apel Malang. Buah kebanggaan masyarakat Kota Batu tersebut pernah menjadi komoditas primadona di Malang pada tahun 1981-1997.
Replika apel Rome Beauty bahkan diabadikan dalam bentuk monumen di tengah Taman Alun-Alun Kota Batu sebagai ikon.
Namun sayang, seiring berjalannya waktu popularitas apel Malang menurun. Pemerintah daerah pun tak tinggal diam, mereka gerak cepat menggandeng Pusat Riset Hortikultura (PRHorti) BRIN untuk mengembalikan popularitas apel malang melalui pertanian presisi.
Anang Triwiratno, salah satu periset di PRHorti menjelaskan, pertanian presisi merupakan sistem manajemen pertanian untuk meningkatkan produktivitas dan penggunaan sumber daya melalui peningkatan hasil dan berkurangnya dampak lingkungan yang merugikan dengan memanfaatkan teknologi informasi.
“Saat melakukan audiensi dengan Aries Agung Paewai selaku Walikota Batu, kami merekomendasikan beberapa langkah perbaikan. Diantaranya penerapan teknologi budidaya presisi melalui pemupukan dan pengendalian penyakit secara ramah lingkungan dan perbaikan kultivar apel Malang melalui kegiatan bioteknologi (genome editing),” ungkap anggota tim riset apel dari PRHorti tersebut, Minggu (07/07/2024).
Selain itu, Anang juga menuturkan, langkah-langkah perbaikan tersebut dilakukan agar dihasilkan produksi apel lokal tropis dengan kualitas prima yang mampu bersaing dengan apel impor.
Kegiatan penerapan pertanian presisi pada apel Malang meliputi studi genetik-fisiologi untuk pengamatan eksisting status tanaman apel Malang di beberapa lokasi di Jawa Timur sekaligus perakitan varietas baru dengan pendekatan Genome Editing (GE) untuk perbaikan karakter rasa dan tampilan buah apel Malang.
Sementara itu, untuk penerapan teknologi pemupukan sekaligus pengendalian serangan penyakit busuk buah (Gleosporium sp.) ramah lingkungan, kami menggunakan biopestisida yang berasal dari enam konsorsium agens hayati.
“Untuk pengkoleksian lima varietas apel Malang yang masih ditanam beberapa petani apel, yaitu Aapel Rome Beauty, Apel Manalagi, Apel Anna, Apel Wanglin, dan Apel Princess Noble atau Apel Hijau telah dikoleksi di KKI Purwodadi sebagai koleksi sumber daya genetik apel untuk tujuan konservasi ex-situ. Rencananya akan disusun standar operation prosedur budidaya presisi dan ramah lingkungan,” imbuh Anang.
Dalam keterangan tertulisnya, Anang juga menambahkan kegiatan ini telah dilaksanakan sejak tahun 2023 melalui pendanaan Rumah Program Organisasi Riset Pangan dan Pertanian (ORPP), dengan penanggungjawab kegiatan Hardiyanto, salah satu Peneliti Ahli Utama di PRHorti.
Langkah-langkah perbaikan tersebut dilakukan agar dihasilkan produksi apel lokal tropis dengan kualitas prima yang mampu bersaing dengan apel impor.
“Dalam upaya peningkatan kualitas apel malang ini, tim riset PRH bersama dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang ada di pemerintah kota Batu akan bersinergi menekan penurunan populasi tanaman apel dan mengembalikan kejayaan tanaman apel di Kota Batu” tutupnya.